Jumat, 11 November 2016

Sketsa kampung

Seorang anak perempuan pulang dari kebun.tampak kejahuan lorong belukar di tepi gunung
ia mengendong saloi penuh sayur dan singkong.Menuju rumah waktu grimis mengikis pasir putih.Ia hilang di antara puluhan kepala bunyi kaki menyisir pasir yang berlarian di ujung tanjung kampung sana.Aroma cakalang kuah kuning mengepul di hidungku, jejak anak saloi itu pun hilang satu-satu.Ku berlari menuju ketinggian batu memandang wajahku di atas laut biru dan mendengar ombak berdendang.Terdengar Seorang bapak tua memanggil ku :"Nyong mari do, bantu beta tarik sampan".

Kamis, 10 November 2016

Sketsa di jalan

Langkah kaki ku beku
Kabut gigil dingin tulang
menuju pulang
menatap langit ada bintang
Di peluk erat fajar.
kejahuan siluet seorang ibu tua mendayuh sepeda ontel
menuju pasar.
ia melaju..
ia melaju..
hilang.
walaupun berat sepeda singkong sekarung
kaki dan tangannya kuat erat .
Dan aku termenung di tepi kehidupan yang sekarat melarat.


Kamis, 06 Oktober 2016

Rindu Beta I Kepada kawan di cianjur




















kepada kawan beta ingin berkata
Mantra sunda berkati kaki melangkah
jamahi dinginnya tanah cianjur yang jujur
babad kata-kata di teras rumah penuh lentera
hujan bernyanyi deras
diskusi manusia ingin damai meraja
sebab bara api durhaka kini jarah ladang bersahaja

kawan, angkot merah ada wajah che Guevara
melodi hidup di malam itu bangunkan semesta
kulihat wajah kawan amarah merambah tiada tara
atas mereka yang serakah di atas tanah sunda


oh... cianjur yang jujur..
 rindu beta tak terukur,,

Yogya, 7 oktober 2016.

Sabtu, 27 Agustus 2016

Lagu Dandelion

                                                                      
Seperti setangkai dandelion di musim semi.aku dan kamu menyatu untuk terpisah di petualangan sepi.Memancar putih dan lembutnya tiap helai kita kepada para mahluk yang memaksa nafas di ladang gersang. ketika angin reda, matahari tampak merona.rasanya kita berharap akar dari kita akan tumbuh kembali.. dan mekar lagi.ketika musim gugur tiba, angin memancar kencang saatnya kita menelan kejayaan di ketinggian langit, atau hanya melayang di seputaran bukit.kawanan burung cendrawasih sering bergurau:inilah kenyataan kehidupan, tidak terlalu banyak sorga diluar.kepakan sayap jika kau bersayap.Mainkan angin kencang..  rasalah dingin dan panas biar tak tergilas nafsu pnuh amarah sepintas. Seperti semesta keluhkan rumah kaca tinggi menjulang yang menghalangi rindu kita tuk bersua di dunia.



Suatu Pagi, Petengahan Tahun 2016.



                                                         

Jumat, 26 Agustus 2016

Iant Noodle :"Percakapan Ibu dan Nawa"

apakah engkau menyukainya ? pekerjaan mu itu ?
menurut ibu ? kata nawa kepada ibunya.
kalau ibu itu terserah pilihan mu wa.. biar jangan sampai suatu saat kamu menyesalai dengan apa yang kamu lakukan ? berani bertanggung jawab nawa, itu harapan ibu..

pernah alm. ayah mengatakan kepadaku, "jika engakau melakukan sesuatu dengan sepenuh hati, maka jalan mu akan selalu dipermudah. walapun, setiap perjalanan pasti ada hambatan, namu engkau selalu mendapat jalan keluarnya" kata nawa kepada ibunya.
iya wa.. ibu berharap engkau selalu menulis, menulis hingga di balik awan, menulis hingga dibalik batu, menulis hingga jari-jemari mu penuh dengan luka. ayah mu senang terhadap orang yang menulis. ibu merasa jika ayah mu masih hidup, dia akan bahagia membaca tulisan mu.
"apakah ibu juga berbahagia terhadap ku ?" ibu sangat berbahagia terhadap mu, rasa ibu yang satu itu, ada semenjak ibu mengandung mu nawa.. mungkin hingga ibu menutup mata, ibu selalu menyayangi mu.
bagaiman dengan pohon cengkeh dan pala kita ibu ? apakah ibu akan lakukan sama persis seperti yang dilakuka orang-orang ibu ? "itu adalah harta peninggalan satu-satunya alm. ayah mu, biarpun ibu tidak makan seharian, seminggu, atau pun berbulan-bulan, ibu tidak akan menjualnya. kelak nanti anak cucu mu juga berbangga, jika kita (turunan) juga memiliki pohon keremat itu."
terima kasih ibu, engkau sudah melakukan hal yang menurut ku, aku sendiri tidak bisa melakukannya. begitu lah nak, kadang engkau harus melepas hal duniawi untuk hal yang paling engkau sayang. ibu berharap, engkau dapat menulis dengan melihat segala keterbatasan kekurangan manusia lainnya, manusia itu memiliki rasa yung rumit, logika yang kadang terbalik dan tingkah yang kadang kalau dilihat dengan nalar maka ia bagaikan salju ditengah-tengah gurun.
"begitulah nak, jaga dirimu.. jangan lupa kabari ibu jika sudah sampai ke aceh. ibu sangat merindukan mu." ketika itu komunikasi terputus, henphone nawa sudah tidak dapat menerima sinyal, sebab nawa sudah berada lautan lepas.

Ternate, 25 agutus 2016.

Minggu, 14 Agustus 2016

Fota Marata



Ya jou ee….
Ya jou e…
Ganoa do hai sua ik e..
Pia matua bal nona pia-pia
Gi yana hai sua e..
Ya pia matua e….
Negeri sudah bataria tercambuk derita
Mari kita bersatu hati seperti pala deng
Cengkeh..
Mari haga hai do ya fai
Bi nyawa tik bu hai

Fatce, fahahu, fagud do mangon
sejauh mata memandang
debu-debu berhamburan
di atas tikar bekas pesta
para kuasa

Fa suba obakot dad moya,
apfe taamkot dad moya
matalin walima do malomkub
basanohi  gafota
oh.. basonohi gafota



bu kim hama pip dad bal jou
bu kim hama pip dad bal jo
bu kim hama sopi wai bau mata kam harapan
bu kim lal ta baker:”ini pembangunan, la kamong sejaterah”.
Uma aya, uma pia matua gi bongkar
Bu kim lima ta yana pintar  manapanihi do manacakar
Bu kim yai tayana yab hai sua moya

biar katong makan sagu deng air putih, tapi katong bisa badiri sandiri
Tanpa tuan-tuan punya tipu daya deng kata sejaterah
ini saksi katong: seng mau kalah dalam kertas-kertas sejarah!

Masa berbalik, musim bergeser
Parang dibalik sarung akang  putus penjajah pung leher!!


Mai dad bal hia
Koi gi bareha hai sua
Mai geralota

Mai bau awa

Senin, 16 Mei 2016

Tanda Tanya


s.y.umasugi, 9 februari 2015

duri di atas tanah lapang


Pada waktunya ku berlari
melepas kota yang menerkam matahari
dimana debu dan kau
jadi api bakar diri

sekali lagi sudah saatnya ku berlari
menuju mati dan kau ku nanti

 kota hanyalah kisah entah kemana
memangsa kampung dan tanjung di ujung sana
rumah menjulang tinggi
tembok/kaca berhamburan
adalah jurang yang garang
bagi orang ramah perindu jalan pulang

tak ku temui tongkat kayu 
pemasang kehidupan tengah kegelapan
diantara kau dan kota selamanya berpasang

selagi muda..
ingin ku kubur cerita di pulau sana
lepaslah sudah duri  di atas tanah lapang
lepas sudah bara di atas sampan..

dan ku tarik tali sampan
kibarkan layar
memandang biru samudera rasa
angin barat tiba
ku semai cengkeh di ladang
merasa hutan merajut angan
abadi tanpa cerita derita kau dan kota... 

Yogyakarta, 16/april/2016.


Sabtu, 07 Mei 2016

Mama

















Pada senja yang karam
tersipu angin dari timur
mama pasang polo badan

setelah lama beta jauh

doa hangat antarkan rahmat:
mama dalam pelukan beta.

idra/05/2016

Jumat, 06 Mei 2016

Jalan













Maka redup suda matahari
mati dan hidup kenang rasa
jejak langkah sang lelaki

Sabtu, 02 April 2016

Bisu














Dalam bisu yang meraja
Aku ingin berkata pada dosen dan mahasiswa
Petani tak butuh teori di mulut bengis mu itu
Jika analisis bisnis yang menghamba pada sistem kapitalis melulu

Dalam bisu yang terpenjara
Aku ingin berkata banyak petani kehilangan tanah
Buruh tani nasipnya makin sengsara
Dan banyak yang mati di atas ladang tanamannya

Bukan menjadi cerita usang sejarah
Yang di jelaskan kelas kuliah
 berulang-ulang tanpa perlawanan!

Dalam bisu yang membisu
Aku ingin berteriak di setiap telinga
Jika pengetahuan yang di bangun
Mengurung realitas alam dan manusia
Masa depan anak cucu bumi
Tak secerah merah lipstikmu
Dan klimis rambutmu

Dan Dalam Bisu
menusuk ingatan, dunia tak lagi aman dan nyaman
kebenaran tak bisa disamarkan
dalil ilmiah dan obyektif tanpa keberpihakan
harus dihapuskan:jika tidak kampus hanyalah tempat
tukang  kuburan peradaban



Idra, April 2016

Jumat, 26 Februari 2016

Waktu Bulan Pakai Payung












Pada  suatu malam
aku menjemputmu keluar dari rumah tua
bersama dotu-dotu menari ronggeng..

waktu bulan pakai payung
berlarilah kita di tepi pantai
tak tau arah yang dituju
terbuai akan alunan tifa menggema
bersuka bawakan nada suling bambu
memeluk hasrat merdu gambus lalu merapikannya
di bawah sinar bulan beralaskan bintang laut

sesaat di penghujung pulau
kau bersedih menatap
tanjung dan gunung yang terbelah
kau pun merontah
seperti  cakalang dan bia
memberi ratapan
pada laut arafura yang kini hilang mantra


26/02/15

Rabu, 13 Januari 2016

Pisang coe doa selamat juga tidak apa-apa



Bagi orang lain hari ulang tahun itu hal yang sacral dan cetar membahana.Tak lupa kue dan lilin adalah penambah nilai magis.Di dalam keluarga saya jangan harap momen itu ada nyanyian “Selamat Ulang Tahun..”, imposibel.
Ketika dirumah saya sangat suka sama kue “Pisang Coe”.Kawan e,tidak bisa digambarkan dengan kata-kata pisang coy punya enak… kalo mama campur pisang dengan tarigu sambil mengulas air mata di pipi.
Selama hari lahir saya, saya hanya ingat ketika usia saya masuk 15 tahun.Seperti biasa pada malamnya saya, 13 januari tidak ada ucapan ataupun hadiah.
“mama, mau buat pisang coe”,Kata Mama ke tiga anaknya.
“iyo.. ma, bikin nanti beta bantu kupas pisang”,Seru saya.
“Mari suda..” ajak mama sambil berjalan ke dapur.
Ketika di dapur saya langsung keluarkan pisang dari karung dan mengupasnya.
“Tidak usah id.., biar mama kupas.. id dudu sama ade-ade di muka saja”, perintah mama saya kemabali ke ruang tengah bersama adik-adik saya.
Tapi hati saya tidak tenang, karena sudah biasa ketika mama masak di dapur pasti saya temani walaupun hanya kerjaannya tiup api yang mati di tungku kayu.
Saya pun kembali ke dapur.Aneh, kok tiba-tiba ada suara tangisan.
“id e… mama dengan papa ini susah jadi ose ulang tahun malam ini, mama deng papa seng bisa kase ose apa setiap ose ulang tahun”.Ucap mama sambil mengaduk pisang dan tepung terigu.


Saya pun tak tahan menahan air mata.Memulaknya dan berkata..
“iyo mama…, id lagi seng minta apa-apa kaya ana-ana lain yang dorang punya orang tua mampu”.
Tak lama kemudian bapak saya yang baru pulang sembahyang, dikasih tau sama adik perempuan saya kalau mama bersedih karena hari ini saya ulang tahun.
“Pisang coe dengan doa selamat juga tidak apa-apa e…”
Teriak Bapak saya dari ruang tengah….
Dan kami sekeluarga tertawa sambil menikmati pisang coe…
Dan tidak ada kata selamat.Hanya ada doa selamat.******