Tampilkan postingan dengan label SUARA SASTRA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SUARA SASTRA. Tampilkan semua postingan
Minggu, 13 Januari 2019
Senin, 17 Juli 2017
Para Pelayar
Bila malam
Para pelayar dingin tenggelam di lantai pelabuhan
di cambuk angin laut
Ombak membanting tiang pelabuhan
dentuman suara sunyi berkelahi
dengan rasa kantuk
Esok kapal kan bersua
para pelayar itu menuju timur
Hendaklah merajut asa
baur pinang di mulut yang merah..
Tanjung Perak, 18 Juli 2017
Para pelayar dingin tenggelam di lantai pelabuhan
di cambuk angin laut
Ombak membanting tiang pelabuhan
dentuman suara sunyi berkelahi
dengan rasa kantuk
Esok kapal kan bersua
para pelayar itu menuju timur
Hendaklah merajut asa
baur pinang di mulut yang merah..
Tanjung Perak, 18 Juli 2017
Rabu, 12 Juli 2017
Jadi Sula
dayunglah sampan kedalam jiwa mu agar kau tau hasa arus kehidupan
Menjadi sula bukankah kita harus menyala seperti api di para-para
dan mekar rupa manuru?
ataukah duduk di dego-dego dan cerita betapa manisnya rupiah?
aku hendak mengajak kau melihat
Istana daerah yang hilang adat
mari kita pahat jatuh acuh dan dendam jadi tombak
yang kita bidik di mata amarah masa lalu
Sebab Menjadi sula
Akan sulit rasanya jika tak kembali ke rahimnya
Dan menjadi sula adalah nyali orang-orang babua di tengah pesta tenti namun ia sunyi bersama hentakan li do pafau bal i bau
13 Juli 2017
Ffoto: Rumah Tua Di Wai Sakai
Menjadi sula bukankah kita harus menyala seperti api di para-para
dan mekar rupa manuru?
ataukah duduk di dego-dego dan cerita betapa manisnya rupiah?
aku hendak mengajak kau melihat
Istana daerah yang hilang adat
mari kita pahat jatuh acuh dan dendam jadi tombak
yang kita bidik di mata amarah masa lalu
Sebab Menjadi sula
Akan sulit rasanya jika tak kembali ke rahimnya
Dan menjadi sula adalah nyali orang-orang babua di tengah pesta tenti namun ia sunyi bersama hentakan li do pafau bal i bau
13 Juli 2017
Ffoto: Rumah Tua Di Wai Sakai
Jumat, 07 Juli 2017
Pia Awa
Jika saloy sudah menuntun pagi di ladang
yakinlah peda akan babat
belenggu nafas melarat
Jika kota itu telah merayu
walima tanamlah cengkeh jangan biarkan ia layu
Jikalau kerja hanyalah pegawai negeri
lihatlah mereka yang ambil uang sembunyi jari
Kapaleba kapalam
nau pia nau haram
Mari kuti juk
mari manyanyi kam pia awa
leng kali leng
anak kampung kurus karempeng
makan sagu lempeng
Idra faudu, 7/7/17.
yakinlah peda akan babat
belenggu nafas melarat
Jika kota itu telah merayu
walima tanamlah cengkeh jangan biarkan ia layu
Jikalau kerja hanyalah pegawai negeri
lihatlah mereka yang ambil uang sembunyi jari
Kapaleba kapalam
nau pia nau haram
Mari kuti juk
mari manyanyi kam pia awa
leng kali leng
anak kampung kurus karempeng
makan sagu lempeng
Idra faudu, 7/7/17.
Rabu, 05 Juli 2017
Pinang Yang Di Kunya
Pinang yang di kunya
sisakan bibir merah menyala
demikianlah ingatan akan luka
inginkan ia paparipi hilang pergi
namun sepi bakucigi di hati
sisakan bibir merah menyala
demikianlah ingatan akan luka
inginkan ia paparipi hilang pergi
namun sepi bakucigi di hati
Senin, 03 Juli 2017
Lal Kangela
Bumena-mena
Ta mana kem lima
Oya basa wa bal pia
Kadahina gi laka lepa
Tud mai moya
Win wai mai moya
Matalin sanohi
Kam hamawai dalin tik bo ihi
Kum hai tina bau hama janga
Kam uma kuba bahal kim pia kota
Gi laka marofa-rofa
Gi laka do balela
Kam ta nib do susa
Idra,Yogya 3 Juli 2017.
Ta mana kem lima
Oya basa wa bal pia
Kadahina gi laka lepa
Tud mai moya
Win wai mai moya
Matalin sanohi
Kam hamawai dalin tik bo ihi
Kum hai tina bau hama janga
Kam uma kuba bahal kim pia kota
Gi laka marofa-rofa
Gi laka do balela
Kam ta nib do susa
Idra,Yogya 3 Juli 2017.
Rabu, 28 Juni 2017
Catatan Mata -Untuk Tidara-
Mungkin jutaan manusia lupa
Cahaya
Menggambar
Memori jadi cabar yang berkabar.
Saatnya rasa menghidupkan
yang terlewatkan
Di situ pergolakan lensa kehidupan
Bangunkan kehendak angan
Jangan terpenjara kegelapan
Walau hitamnya siluet
Ada kisah yang mengaret...
Sungguh, dunia adalah cahaya dan bayang
Sebagaimana mata menerjang
Cerita yang berkesudahan
Kau pun terbang mengenang
Di belakang kamera tua yang kau gemgam..
Seperti anak kecil berlari kencang
Atau duduk di tengah keramain..
Idra Faudu, Yogya 29 Juni 2017
Cahaya
Menggambar
Memori jadi cabar yang berkabar.
Saatnya rasa menghidupkan
yang terlewatkan
Di situ pergolakan lensa kehidupan
Bangunkan kehendak angan
Jangan terpenjara kegelapan
Walau hitamnya siluet
Ada kisah yang mengaret...
Sungguh, dunia adalah cahaya dan bayang
Sebagaimana mata menerjang
Cerita yang berkesudahan
Kau pun terbang mengenang
Di belakang kamera tua yang kau gemgam..
Seperti anak kecil berlari kencang
Atau duduk di tengah keramain..
Idra Faudu, Yogya 29 Juni 2017
Senin, 05 Juni 2017
Menjala puisi II
Adalah cinta, seorang mama kukur kelapa
meremas rasa kedalam kuah santan
menabur wangi cengkeh dan pala di belanga.
adalah rindu, mama menata kayu di tungku mulutnya toreba
anak haruslah cekatan
jangan di rebus zaman.
adalah cinta,seorang
papa menjala asa
di ujung tanjung pamali sana.
Saat senja telah di telan bulan
Papa menuju teras kampung
sisakan jejak puisi di pasir putih
membawa pulang
kena buga.
Ider, yogyakarta 2017.
Selasa, 30 Mei 2017
Menjala puisi l
Aku ingin menjala ombak
Sebab arus yang sesak
ada hempasan aroma ibu memasak
Aku ingin menjala ombak
Sebab ada bayang ayah dan sampan yang kabarnya belum retak.
Aku ingin menjala ombak
Dan puisi yang belum sempat terungkap
Sebab arus yang sesak
ada hempasan aroma ibu memasak
Aku ingin menjala ombak
Sebab ada bayang ayah dan sampan yang kabarnya belum retak.
Aku ingin menjala ombak
Dan puisi yang belum sempat terungkap
Minggu, 01 Januari 2017
reinkarnasi puisi pertemuan mahasiswa
kutitipkan
Sederet barisan reinkarnasi puisi pertemuan mahasiswa mu
rendra..
Sungguh Anak tani menaruh harapan saat duduk di kursi
perkuliahan
Kini ia temui kesesatan pendidikan dari domba-domba menanam
penderitaan
Anak buruh tak mampu bayar semesteran
Domba-domba berseru:selamat datang di universitas sirkuitnya
perlombaan
Kekayaan, pakaian, kerdilnya pemikiran dan kepatuhan
Adalah syarat masuk perhelatan
Di catwalk Pendidikan berjalan yang tak lagi memanusiakan
muslihat tetorial
menumpuk kekayaan yang harus di gaungkan
Demikianlah kini wajah universitas
Di zaman perdagangan bebas tanpa batas..
Garang mukamu pada masa itu
Kau berseru
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
lantas kini pendidik menjawab
mahasiswa didik untuk jadi pemerintahan yang bobrok dan jadi
pekerja perusahaan
yang kerjanya merampas tanah dan menghisap tenaga manusia
tanpa rasa keadilan
ilmu ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?
para kawanan dosen menjawab
ilmu tindas-menindas
ala adam smith yang kami ajarkan
moral liberalisme Destutt de Tracy yang kami budayakan
agar kelak mahasiswa memakai jas
siap menindas
dan melayani penindas..
gigil malam ini
ingin ku berbisik padamu rendra..
telah tumbuh percikan api amarah
kesadaranya tak bisa di lipat seperti diktat
dan perlawanannya tak
akan pudar
dihadapan fasisnya mereka tak gentar
Kamis, 06 Oktober 2016
Rindu Beta I Kepada kawan di cianjur
kepada kawan beta ingin berkata
Mantra sunda berkati kaki melangkah
jamahi dinginnya tanah cianjur yang jujur
babad kata-kata di teras rumah penuh lentera
hujan bernyanyi deras
diskusi manusia ingin damai meraja
sebab bara api durhaka kini jarah ladang bersahaja
kawan, angkot merah ada wajah che Guevara
melodi hidup di malam itu bangunkan semesta
kulihat wajah kawan amarah merambah tiada tara
atas mereka yang serakah di atas tanah sunda
oh... cianjur yang jujur..
rindu beta tak terukur,,
Yogya, 7 oktober 2016.
Minggu, 14 Agustus 2016
Fota Marata
Ya jou ee….
Ya jou e…
Ganoa do hai sua ik e..
Pia matua bal nona pia-pia
Gi yana hai sua e..
Ya pia matua e….
Negeri sudah bataria tercambuk derita
Mari kita bersatu hati seperti pala deng
Cengkeh..
Mari haga hai do ya fai
Bi nyawa tik bu hai
Fatce, fahahu, fagud do mangon
sejauh mata memandang
debu-debu berhamburan
di atas tikar bekas pesta
para kuasa
Fa suba obakot dad moya,
apfe taamkot dad moya
matalin walima do malomkub
basanohi gafota
oh.. basonohi gafota
bu kim hama pip dad bal jou
bu kim hama pip dad bal jo
bu kim hama sopi wai bau mata kam harapan
bu kim lal ta baker:”ini pembangunan, la kamong sejaterah”.
Uma aya, uma pia matua gi bongkar
Bu kim lima ta yana pintar
manapanihi do manacakar
Bu kim yai tayana yab hai sua moya
biar katong makan sagu deng air putih, tapi katong bisa
badiri sandiri
Tanpa tuan-tuan punya tipu daya deng kata sejaterah
ini saksi katong: seng mau kalah dalam kertas-kertas
sejarah!
Masa berbalik, musim bergeser
Parang dibalik sarung akang
putus penjajah pung leher!!
Mai dad bal hia
Koi gi bareha hai sua
Mai geralota
Mai bau awa
Sabtu, 07 Mei 2016
Mama
Sabtu, 02 April 2016
Bisu
Dalam bisu yang meraja
Aku ingin berkata pada dosen dan mahasiswa
Petani tak butuh teori di mulut bengis mu itu
Jika analisis bisnis yang menghamba pada sistem kapitalis
melulu
Dalam bisu yang terpenjara
Aku ingin berkata banyak petani kehilangan tanah
Buruh tani nasipnya makin sengsara
Dan banyak yang mati di atas ladang tanamannya
Bukan menjadi cerita usang sejarah
Yang di jelaskan kelas kuliah
berulang-ulang tanpa
perlawanan!
Dalam bisu yang membisu
Aku ingin berteriak di setiap telinga
Jika pengetahuan yang di bangun
Mengurung realitas alam dan manusia
Masa depan anak cucu bumi
Tak secerah merah lipstikmu
Dan klimis rambutmu
Dan Dalam Bisu
menusuk ingatan, dunia tak lagi aman dan nyaman
kebenaran tak bisa disamarkan
dalil ilmiah dan obyektif tanpa keberpihakan
harus dihapuskan:jika tidak kampus hanyalah tempat
tukang kuburan peradaban
Idra, April 2016
Jumat, 26 Februari 2016
Waktu Bulan Pakai Payung
aku menjemputmu keluar dari rumah tua
bersama dotu-dotu menari ronggeng..
waktu bulan pakai payung
berlarilah kita di tepi pantai
tak tau arah yang dituju
terbuai akan alunan tifa menggema
bersuka bawakan nada suling bambu
memeluk hasrat merdu gambus lalu merapikannya
di bawah sinar bulan beralaskan bintang laut
sesaat di penghujung pulau
kau bersedih menatap
kau pun merontah
seperti cakalang dan bia
memberi ratapan
pada laut arafura yang kini hilang mantra
26/02/15
Rabu, 21 Oktober 2015
Gelap Dinihari -Par Ayi Umasugi-
Inilah gelap dinihari
Berbaris seperti barisan
semut
Menuju gelap yang muram
Amat seram, mereka di
telan pelan-pelan..
Sungguh malang apa yang
kita saksikan..
Mencoba mengelak tapi gelap menyelam
Dengan senang hati menyerang
Hingga mata dan telinga
Kita sendiri bukan milik kita lagi
Lain dan selalu berpacu pada lain.
Ruang-ruang gelap
Waktu adalah ratap
mengajak
segala menjadi cepat
Agama dijadikan pelempiasan penuh hayalan
Tanpa melawan penindasan.
Tanah menjadi tempat penampungan darah dan nanah
Bukan lagi milik petani menanam dan memanen
hasilnya
Teknologi menggergaji yang hakiki
Yang megah-megah di tapaki
Yang biasa sentosa di ludahi.
Yang leluhur
Di pasung tak luhur
Atas nama kultur yang harus seksi dan lentur.
Realitas pun di caci maki
Ah.. kudacuki!
Teriak para mahluk
oportunis
Hanya bersuara dan
memilih diam
Ketika muara nafas di
redam
Kata sadis menembak
Seperti bom meriam yang
menerjang
Pas di jantung.
Semua mahluk mati
Dan pesta gelap ramai
berapi-api..
Kita selalu menemui kata luka dan duka.
Yang tulus telah retak:porak poranda!
Menepi adalah jalan menuju merdeka!
Mengukur seberapa besar mulut
Dari gelap yang menganga.
Berjanjilah:kita akan menyerangnya.
Idra, Yogyakarta 13/10/2015
Senin, 13 Juli 2015
Malam Ela-Ela
-Untuk Papa: Ramlan Faudu-
papa,dapatkah kumengeri api ?
yang kau bakar sebelum lebaran nanti.
kenapa negeri menyala ?
di penghujung bulan puasa.
Papa, nyalakan ela-ela itu sekali lagi
sebelum kau dan seisi rumah ini mati.
titipkan salammu
pada angin yang menuju barat.
biar anakmu hayati apa arti panas/menyala/api.
Kotagede, 13 Juni 2015
Jumat, 10 Juli 2015
Baki-Baki Damoha Baka
Baki-baki Damoha baka
Faneka dahi in bisa Manen pasa mu basa mua.
Faneka dahi in bisa Manen pasa mu basa mua.
Baki-Baki Damoha Baka
Mall di kota, itu malapetaka
Bagi negeri yang mau merdeka!
Di pasar mama bataria deng sumpah
Sebab sagu sauntal orang su lupa.
Baki-Baki damoha baka
Tambang deng sawit itu malapetaka
Bagi negeri yang mau merdeka!
Di halmahera togutil bataria merontah-rontah
Sebab investor deng pejabat kase turun eksafator penghancur hutan deng tanah
Padahal hutan deng tanah togutil yang jaga.
Baki-Baki Damoha baka
Katong punya Budaya jang sampe lupa
Kalo ingin negeri ini merdeka!
Lom poa do hoi bikin katong bersatu lia negeri hari ini sampe tutu mata.
Kumpul pela gandong sambil baronggeng
Kuti gambus deng rabana
Kase bahagia katong samua...
Baki-Baki Damoha Baka
waktu politik duk
fa bal pia eb bal bau suba..
sanohi manapau tagal pip gan cahiya
Baki-baki damoha baka
basa-basa kit sanohi gareha
gem lima:koi mana pareha.
Tasala:malomkub kit dad hia.
Id, Yogyakarta 2015
Bagi negeri yang mau merdeka!
Di pasar mama bataria deng sumpah
Sebab sagu sauntal orang su lupa.
Baki-Baki damoha baka
Tambang deng sawit itu malapetaka
Bagi negeri yang mau merdeka!
Di halmahera togutil bataria merontah-rontah
Sebab investor deng pejabat kase turun eksafator penghancur hutan deng tanah
Padahal hutan deng tanah togutil yang jaga.
Baki-Baki Damoha baka
Katong punya Budaya jang sampe lupa
Kalo ingin negeri ini merdeka!
Lom poa do hoi bikin katong bersatu lia negeri hari ini sampe tutu mata.
Kumpul pela gandong sambil baronggeng
Kuti gambus deng rabana
Kase bahagia katong samua...
Baki-Baki Damoha Baka
waktu politik duk
fa bal pia eb bal bau suba..
sanohi manapau tagal pip gan cahiya
Baki-baki damoha baka
basa-basa kit sanohi gareha
gem lima:koi mana pareha.
Tasala:malomkub kit dad hia.
Id, Yogyakarta 2015
Senin, 29 Juni 2015
Sajak: Gagak Tua
Burung-burung gagak tua pembawa petaka
kapan hatimu merendah di tanah
mendengar rumput yang bergoyang?
Angin lalu membawa gersang yang abadi
Kenapa hatimu tak terketuk ketika badai itu tancapkan belati
Pada tengkorak ayahmu,ibumu,saudaramu dan kelompokmu.
sedangkan kau mengaku kaulah burung gagak tua
di antara yang muda
kenapa kau membuang muka?
bukannya kau pernah berkata-kata
tentang nasehat leluhur
"budi se bahasa, ngaku nagarasai,kabata,
"budi se bahasa, ngaku nagarasai,kabata,
manatol,walima,malomkub,do lom poa
dohoi"
Jangan sampai luntur, jangan terbawa
mora ot doi.
tapi kenapa kau terbang tinggi sambil
berteriak mengajari rumput.
tak lupa jua kau membusungkan dada,
palingkan mata, dan menutup telinga.
padahal rumput yang bergoyang itu
yang lebih tau darimu..
kaulah bencana di tengah hangatnya saudara.
ketika suatu saat hujan tiba
kau akan merendah..
makan bangkai busuk
sanak saudara yang mati setelah bencana kau cipta.
Idra, Yogya 29 juni 2015.
Senin, 13 April 2015
Bunga Kata-kata
kata-kata wangi cengkeh menyatu udara
dari engkau punya lidah jiwa yang jiwa
pedas nikmat panas nikmat mengisi dada
merayu ingat laut darat agar kita selamat
Bawalah bawa wangi-wangi yang luhur
dari engkau punya lidah jiwa yang jiwa
pedas nikmat panas nikmat mengisi dada
merayu ingat laut darat agar kita selamat
Bawalah bawa wangi-wangi yang luhur
engkau lahir sebagai cahaya pagi timur
engkau cengkeh dan pala yang masyhur
engkau pohon angin yang bernama nyiur
ini kepulauan kita punya hanya titipan
dari anak cucu cicit yang 'kan dilahirkan
ini kepulauan kita punya hanya harapan
jika tiada kita bisa tuliskan di kertas zaman
wahai kau yang punya nama Idra
yang haq tegakkan dengan kata-kata
yang bathil sadarkan dengan kata-kata
kita punya tanah bukan untuk tampung derita
wahai kau yang punya nama Idra
panjat dan petiklah terus wangi rahasia-rahasia
pohon-pohon cengkeh yang berbunga kata-kata
biar aku di bawah bentangkan terpal mewadahinya
wahai kau yang punya nama Idra
suara laut adalah suara mama dan papa
suara laut adalah kasih sayang penuh cinta
suara laut adalah salam-salam antar pulau kita
13 April 2015
M.S.
Langganan:
Postingan (Atom)