Senin, 02 November 2015

Rasisme Terhadap “Wong Timur”

          




    Masih tertancap matang di kepala saya, beberapa minggu yang lalu, saya ‘Wong Timur’ di rasis habis-habisan di kota Yogyakarta  yang ‘Berbudaya’ Ini.Jumat, (7/8/2015) malam sekitar pukul 21.00, terjadi penganiyaan di depan salah satu kampus swasta di jalan Timoho, Gondukusuman, Daerah Istimewah Yogyakarta.Tersangkanya seorang Mahasiswa bernama Anis, yang berasal dari Papua, dan korban M.Firza (20).Dari kasus yang menewaskan M.Firza inilah, saya dan kawan-kawan yang di kelompokan dengan dua kata:’Wong Timur’, terbawa perasaan was-was karena takut dengan berbagai ancaman yang di sebar dengan via Media Sosial sehingga, dalam beraktivitas pun berjalan  dengan pikiran yang tertekan.


      Setelah kejadian itu hp saya berdering tanda dua pesan masuk secara bersamaan, yang isinya sebuah himbauan untuk saya dan teman-teman agar berhati-hati, karena ada ancaman penyisiran ‘Wong Timur’.’’Kawan-kawan, diharapkan dalam beberapa waktu kedepan ini jangan ada yang keluar malam.Ormas dan warga Yogya sedang adakan  razia karena tadi ada bentrokan antara mahasiswa papua dan warga yogya, di depan kampus **MD (Red).Takutnya kawa-kawan jadi salah sasaran.Sebarkan... Salam Manis!”.Pesan ini dikirim oleh teman saya bernama Novet (Halmahera Utara), dan Sahman (Pulau Morotai).Saya pun bergegas menanyakan kronologis kejadian pada beberapa teman yang alamatnya tidak jau dari TKP.Jawaban mereka sama yang di beritakan pada beberapa media online sesaat kejadian itu terjadi.Pukul 23.00 (WIB), saya langsung menghampiri kos-kosan dan kontrakan saudara-saudara saya yang berasal dari Kepulauan Sula, untuk memberitau pesan tersebut.Setibanya di kontrakan salah satu saudara saya bernama Rifandi Pauwah, ketika mengetok pintu, di dalam rumah ada yang teriak:”Buat kode”.Entah kode apa yang di maksud.Saya pun membalasnya dengan:”Ini beta, Idra”.Dibukalah pintunya, dan saya masuk.”Kalo masuk, beri kode.Keadaan mencekam seperti ini kita harus hati-hati, jangan sampai ada penyerangan di kontrakan”, kata Rifandi kepada saya.Singkatnya mereka sudah tau berita itu, dan saya lanjut ke kos-kosan dan kontrakan saudara saya yang lain.
                                                                        ***

        Berselang beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal Jumat, (14/08), beredar kembali di media sosial bahwa, ada bentrokan antara Mahasiswa Papua dan Warga Yogya, di depan Hotel New Shapir, Jl.Laksada Adisucipto, Gondokusuman, Demangan, Daerah Istimewa Yogyakarta.Dengan foto-foto yang mengambarkan suasana yang lagi memanas, sontak hal tersebut membuat rasisme makin marajalela.Ada seorang pengguna Twetter berinisial LJ berkicau:” Sultan hrs turun tangan ne orang timur bikin kerusuhan lagi,jogja ini kota pelajar disi bukan cari kerusahan tapi cari ilmu.Lebih baik usir #Timoho”, lontarnya dan di balas pengikut akunnya dengan kalimat-kalimat Diskriminatif terhadap ‘Wong Timur’.Padahal banyak yang tidak lihat apa yang terjadi di lapangan, yang terjadi pada hari itu adalah aksi penolakan Pembangunan Bandara, oleh para petani dari Kab.Kulon Progo, yang melakukan aksinya di Jl.Malioboro, Titik 0 (Nol) kilometer, DIY.

    Kasus penganiayaan yang menewaskan M Firza (20) di atas, mengingatkan saya pada pengroyokan terhadap saudara saya Alm.Zulfikar Majid yang pelakunya pengamen ,pada Jum'at, 15 Agustus 2014 yang lalu,sekitar pukul 22.00 WIB.Kronoligisnya, berawal dari Alm.Zulfikar bersama kawan-kawannya yang berasal dari Halmahera Tengah berencana mengadakan penggalagan dana berupa pentas budaya di Taman Batik, Jl.Malioboro, Kawasan Nol KM, DIY,  untuk kegiatan Malam Keakraban oraganisasi daerah mereka.Sesampainya di jalan Malioboro, mereka mangkal di depan Monumen Serangan 1 Maret, menunggu kawan-kawan mereka yang belum tiba.Mereka yang duduk santai, di hampiri empat orang pengamen.Asrul, salah satu kawan Alm.Zulfikar memberi tanda maaf kepada pengamen bahwa mereka tidak ada uang.Para pengamen tidak menggubris, mereka tetap bernayanyi.Tak terima tidak di beri uang, salah seorang pengamen langsung membentak:”Seribu aja”.Asrul langsung membalas:”Kalian pengamen atau preman, kami benar-benar tidak ada duit”.Kata asrul.Salah satu pengemen langsung menarik- kerah bajunya.Alm.Fikar yang tak terima dengan perlakuan pengamen, langsung melerai dan adu mulut pun terjadi dan berujung pada pengroyokan terhadap Alm.Fikar dan Asrul.Singkatnya, Asrul selamat dalam kejadian itu dan Fikar tewas selang beberapa hari kemudian.Yang anehnya, seorang pengamen berteriak:”Wong Jogja e..”, (Bermaksud, memanggil massa untuk mengkroyok Fikar dan Kawan).
Kronologis ini saya di beritahu langsung oleh Asrul.
  
   Setelah pengroyakan itu saya juga ikut dalam pengwalan persidangan di Pengadilan Tinggi Negiri (PTN) Yogyakarta.Proses mengadili tersangka sangat lama, dikarenakan ada seorang pelaku yang ayahnya salah satu Perwira Kepolisian di Yogya, dan mengintervensi persidangan.Yang membuat kami tak puas dengan proses hukum, tidak ada pemberitahuan jadwal persidangan dan kesaksian saksi yang mengatakan pelakunya lebih dari empat orang, tidak di gubris oleh kepolisian untuk meuntaskan kasus ini seadil-adilnya.Pada bulan Maret 2015, hasil persidangan di PTN Yogyakarta memutuskan para pelaku di jatuhi hukuman kurang delapan tahun.Pertanyaannya apakah saya, saudara dan kawan dari Alm.Fikar , akan membalas aksi kejahatan ini?, jawabannya tidak!.Saya dan kawan-kawan yang berasal dari Maluku Utara berstatmen:”Adili pelakunya sesusai hukum yang berlaku, hukum jangan pandang bulu”,pada aksi Anti-Diskriminasi, di PTN Yogyakarta sesaat sebelum pembacaan tuntutan.Saya dan kawan-kawan sadar, orang tua hanya menitipkan kami di Yogya ini hanya untuk kuliah:itu saja.Pembunuhan yang di alami Alm.Fikar, hanyalah musibah dari tuhan.
                                                                    *** 
    Apa bila saya di tanya, apakah anda pernah di rasis?. Jujur, kadang saya hanya diam dan menatap mata orang yang menanyakan hal tersebut.Masalah rasis, membawa kuliah saya hancur.Saya yang saat ini menjadi Mahasiswa Semeter tujuh ,di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Fakultas Pertanian, sempat mengalami masa-masa suram.Hampir empat bulan saya tak mengikuti perkuliahan, karena depresi.Pada semeter empat yang lalu, Dosen di salah satu Jurusan saya Agribisnis, mengdiskriminasi saya dengan berkata:”Dasar timur, sifatnya jelek-jelek”.Kejadian ini bermula ketika saya membela sorang teman  baik saya- bernama Udin (Yogya), ketika ia di kritik habis-habisan oleh sang dosen dan kawan-kawan di kelas kulaih tersebut.Kejadian ini membuat saya merasa malu, dan tidak layak lagi berkuliah di UMY-Sampai saat ini saya masih tertekan, dan tidak masuk kampus.Apakah saya dendam dengan dosen yang mendiskrimiasikan saya?, jawabannya:Tidak.Saya terlalu banyak mengalami hal seperti ini.Apa bila dendam saya akan ‘mecelekai’ puluhan orang di Kota Yogyakarta ini.
 
   Stereotype atau stigmatisasi “Wong Timur” (Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua), adalah sumber ‘kejahatan dan keonaran’ di Yogyakarta, sudah masuk pada sesi akut.Banyak kawan-kawan saya Laki-laki maupun Perempun yang kulitnya condong Ras Malenesian yaitu hitam-kecoklatan dan berambut keriting, apa bila mencari kos-kosan atau kontrakan, sering di tanya:”wong Timur?, maaf.. kosannya sudah penuh”.Hal ini saya pun mengalaminya sendiri.


   Dalam penjelasan secara hukum, diskriminasi ras dan etnis adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik,ekonomi,sosial dan budaya.

    Pandangan saya terhadap masalah diskriminatif ’Wong Timur’ ini, sebagai solusi nyata banyak saya sendiri dan kawan-kawan ‘Wong Timur’’ lainnya sudah perbuat.Misalkan pada sepanjang bulan Ramadhan kemarin kami dari Mahasiswa Maluku Utara, mengadakan pentas seni di Taman Batik, Jalan Malioboro.Dengan tujuan memperkuat silaturahmi di bulan Ramadhan dengan kesenian Qasidah dari Provinsi Maluku Utara.Adapun Hari ulang Tahun Kab.kep.Sula, yang saya dan teman-teman Sula, adakan di Monumen Serangan Umum 1 Maret, Jalan Malioboro.Pada tanggal 6 juni, yang lalu.Dengan Tema “Manatol (Persaudaraan) dari Sula Untuk Indonesia”.Ivent ini di kunjungi sekitar 750 pengunjung.Di isi dengan- pementasan budaya, dan Teater dengan Naskah ‘’Fat Banas”, yang menceritakan kisah adu domba Portugis terhadap rakyat sula.Bernuansa kedaerahan, akan tetapi pesan dari acara ini adalah rasa cinta Kebihinekaan Tunggal Ika.Terakhir, pada tangggal 5 agustus kemarin, saya bersama kawan-kawan dari Front Mahasiswa Nasional (Fmn),Sekolah Bersama (Sekber), dan Mahasiswa Maluku Utara mengadakan Aksi Budaya menuntut Pemerintah Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) mennghentikan maraknya pembangunan hotel dan lindungi Petani kulon Progo dari serbuan pemodal.Beberap Ivent ini atas adalah sesuatu konkrit yang telah dilakukan, dengan tujuan menjunjung langit Yogyakarta bersama isinya.
  
   Untuk solusi kedepan, Sudah menjadi urgen seharusnya ada ruang dialog intens, antara perwakilan masyarakat Yogyakarta, Mahasiswa “Wong Timur”, Pemda, dan Pihak Keamanan.Ketika hal ini dilakukan akan lahir perbincangan yang isinya lintas budaya, antara warga Yogya dan ‘’Wong Timur’’.Karena menurut saya pribadi, salah satu faktor, rasisme lahir dikarenakan tidak ada komunikasi lintas budaya secara intens untuk membuka pemahaman terhadap cara menangani kasus rasial.Adapun cara pemerintah daerah dari berbagai latar belakang mahasiswa yang terksan, tidak memahami belajar di lingkungan masyrakat, sehingga di bangunlah Asrama-asrama Mahasiswa.Saya pribadi tidak menyetujui hal ini.Yogyakarta, adalah miniaturnya Indonesia.Apabila kita terkurung dalam lingkungan satu suku atau satu daerah saja, pemikiran kita akan sulit memaknai arti Kebhinekaan dalam bingkai hidup di Kota Yogyakarta.

  Tawaran khusus dari saya untuk Pihak Kepolisian DIY, harus bertindak tegas kepada siapapun pelaku yang mengganggu kenyamanan, dalam lingkungan masyarakat Yogyakarta.Usut provokator di balik akun sosial media, yang meberitakan kebohongan, yang seringkali mejadikan hal ini pemicu tidak harmonisnya masyarakat pribumi dan pendatang.
    
  Sebagai penutup, saya sedikit bercerita tentang kawan saya bernama Indra (Kepulauan Tidore), Mahasiswa UMY, yang pada desember tahun 2014 yang lalu, hilang  tertelan ombak di Pantai Bugel,Kab.Kulon Progo.Indra dan beberapa Kawan “Wong Timur” yang telibat dalam advokasi Petani di daerah tersebut.Sampai sekarang Indra belum di temukan.Apa yang kita petik dalam peristiwa hilangnya Indra?, kalau saya pribadi menganggap:tidak semua “Wong Timur” itu ‘perusuh’, banyak dari mereka yang melakukan kebaikan di kota Yogyakarta Ini.Terakhir dari saya, diantara “Wong Timur” yang baik pasti ada beberapa orang yang tidak baik, di antara “Wong Yogya”, yang baik pasti ada beberapa yang tidak baik.Jangan karena ulah seseorang kita memberi pelebelan tertentu kepada semua yang berkulit sama, dan berambut sama.Sejatinya tidak ada kata perbedaan antara yang dari Indonesia bagian timur dan yang asli Yogyakarta.Kita semua sama:di bawah payung Indonesia.]



_Essay Terbaik di Indonesia Youth Summit 2015, UGM.




Rabu, 21 Oktober 2015

Gelap Dinihari -Par Ayi Umasugi-
















Inilah gelap dinihari
Orang-orang menuju palung kabut kelam
Berbaris seperti barisan semut
Menuju gelap yang muram
Amat seram, mereka di telan pelan-pelan..

Sungguh malang apa yang kita saksikan..
Mencoba mengelak tapi gelap menyelam
Dengan senang hati menyerang
Hingga mata dan telinga
Kita sendiri bukan milik kita lagi
Lain dan selalu berpacu pada lain.

Ruang-ruang gelap
Waktu adalah ratap
 mengajak segala menjadi cepat
Agama dijadikan pelempiasan penuh hayalan
Tanpa melawan penindasan.

Tanah menjadi tempat penampungan darah dan nanah
Bukan lagi milik petani menanam dan memanen hasilnya
Teknologi menggergaji yang hakiki
Yang megah-megah di tapaki
Yang biasa sentosa di ludahi.
Yang leluhur
Di pasung tak luhur
Atas nama kultur yang harus seksi dan lentur.

Realitas pun di caci maki
Ah.. kudacuki!

Teriak para mahluk oportunis
Hanya bersuara dan memilih diam
Ketika muara nafas di redam

Kata sadis menembak
Seperti bom meriam yang menerjang
Pas di jantung.
Semua mahluk mati
Dan pesta gelap ramai berapi-api..

Kita selalu menemui kata luka dan duka.
Yang tulus telah retak:porak poranda!

Menepi adalah jalan menuju merdeka!
Mengukur seberapa besar mulut
Dari gelap yang menganga.
Berjanjilah:kita akan menyerangnya.

Idra, Yogyakarta 13/10/2015


Jumat, 02 Oktober 2015

Komunitas Sastra Serukan Kepedulian Hari Tani



Bertempat di Lobi Gedung D Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) beberapa komunitas sastra kompak menyuarakan kepedulian terhadap petani kepada civitas akademika pada Kamis, (1/10). Mereka adalah Rakyat Sastra, Forum Mahasiswa Pecinta Pena (FMPP), dan Sesenri. Kegiatan yang bertajuk "Refleksi Hari Tani" terbuka untuk umum dalam artian civitas akademika dipersilahkan untuk ikut menyerukan kepeduliannya kepada nasib petani. Aksi ini juga sebagai bentuk solidaritas kepada masyarakat Riau yang sedang berjuang melawan asap.

















Selain untuk memperingati Hari Tani yang jatuh pada 24 September 2015 dan aksi solidaritas terhadap asap yang terjadi di Riau, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menaikkan isu-isu nasional terkait dengan persoalan agraria. Persoalan mengenai agraria merupakan tanggungjawab semua elemen. Pemerintah turut andil dalam hal ini karena pemerintahlah yang memberikan kebijakan mekanisme agraria. Mahasiswa dalam hal ini harus mampu mengawasi dan memberikan perlindungan jika ada penindasan terhadap petani. Hal demikan tersirat dalam puisi yang dibacakan salah satu mahasiswa.

"Sastra bukan hanya sekedar sastra percintaan, tetapi sastra harus mampu sebagai pengetuk (suara) dan sebuah pemberontakan," ungkap Idra Faudu mahasiswa Fakultas Pertanian. Sastra sebagai hasil pola pikir estetika dalam bentuk kata, melalui sastra seseorang akan mampu meneriakkan kebenaran.

Meskipun dalam pelaksanaannya terdapat kendala di tengah berlangsungnya acara yakni terputusnya saluran listrik namun tidak memadamkan antusiasme orator puisi dan civitas akademika yang tertarik dengan kegiatan tersebut. Hal tersebut semakin memotivasi orator puisi untuk lebih semangat dalam menyalurkan kepeduliannya. (SLS & KAF)
Sumber: LPPM Nuansa UMY :http://nuansa.persmahasiswa.org/2015/10/komunitas-sastra-serukan-kepedulian.html

Senin, 21 September 2015

Refleksi 55 Tahun Hari Tani

                                                                           Hanya untuk Agitasi.
  
 “Kita juga bertanya.Kita ini di didik untuk yang mana?
  Ilmu-ilmu yang di ajarkan disiniakan menjadi alat pembebasan,
  Ataukah menjadi alat penindasan”.Ws Rendra.


  Dalam momentum besar Hari Tani Sudah saatnya,mata dan pikiran kita melihat realitas nyata yang ada pada kondisi petani diluar kampus.Bukan hanya di jadiakan bahan adu wacana, akan tetapi kita akandihadapkan pada satu pertanyaan:Kita ini didik untuk yang mana? Sebab, sudah tidak saatnya lagi mahasiswa pertanian hanya sibuk menghabiskan waktunya untuk beranalisis tentang bisnis yang ujung-ujungnya lulusan pertanian menjadi‘buruh’ di perusahaan kapitalis, dan idealismenya di pasung karena tak ada jiwa kritis terhadap ketimpangan kesejaterahan petani .Suatu kegagalan berfikir jika kita memandang pengatahuan bisnis lebih utama dari aspek utamanya:sosial.Sudahtidak saatnya lagi kita melihat masalah agraria dengan sebelah matakarena,Krisis agraria di negeri agraris ini berdampak pada keberlangsungan hidup 26 juta petani indonesia, yang kian hari kian menurun jumlahnya.

  Bergulirnya perdagangan bebas (Penandatangan pemerintah indonesia dengan WTO dan IMF), politik pemerintah yang tidak berpihak padamasa depan pertanian indonesia-Program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dan ditambah dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), ketigaagenda neoliberal tersebut menjadi pangkal dari kian marutnya krisis ini,bagaikan anak panah yang tajam menerjang ekonomi petani indonesia.Industri pertanian dari hulu hingga hilir kini dikuasai oleh investor asing.Contohkonkritnya adalah Luas lahan pertanian di Indonesia sekitar 13 juta hektare,kini kian di kuasai oleh korporasi pertambangan, industri perkebunan, dan perhotelan.Pada intinya, dalam hal ini tanah sebagai inti pokok yang menjadi dasar penghidupan dari petani hingga ekonomi indonesia, hampir seluruhnya dikuasai oleh kaum imperialisme.Kenapa Pemerintah kita tidak punya kekuatan untukmeproteksi masalah agraria di segala aspek termasuk hak bertani dari seluruhmasyarakat dan penguasaaan lahan? Sebab, salah satu poin dalam negara yang ikutdalam monopoli pasar bebas adalah:Hak negara dalam memproteksi pasar dicabut,selebihnya biarkan pasar yang menentukan jalannya.Pada akhirnya kesempatan tersebut diambil oleh kapitalis untuk menjajah negara ini lewat ekonomi, di lainpihak pemerintah kita rentan pada suap.Maka kapitalislah yang berkuasa, dalam Free Market (pasar bebas).

  Dibalik pemberitaan media massa terhadap kebakaran yang mengganggu aktivitas masyarakat sumatera dan kalimantan,tersebunyi sebuah rekayasa pembohongan publik yang di pertontonkan oleh elit negara, pengusaha (kapitalis), dan elit lokal di daerah kebakaran.Dimana saatini bisa di katakan krisis agraria.konkritnya di uraikan sebagai berikut:

  Kasus kebakaran tersebut sudah termasuk dalam ribuan konflik agraria di Indonesia. Data yang terekam Konsorsium Pembaruan Agraria, dalam 2014 sedikitnya terjadi 472 konflik dengan luas mencapai2.860.977 hektar. Konflik ini melibatkan sekitar 105.887 keluarga. Dari jumlahitu, konflik agraria menyangkut infrastruktur terkait MP3EI sekitar 1.215(45,55%). Disusul perkebunan 185 kasus (39,19%), sektor kehutanan 27 kasus(5,72%), pertanian 20 (4,24%), pertambangan 12 (2,97%), perairan dan kelautanempat kasus (0,85%, dan lain-lain tuh konflik (1,48%).
 Jikadibandingkan dengan 2013, terjadi peningkatan sebanyak 103 kasus (27,95).Catatan KPA, periode 2004-2014, terjadi 1.520 konflik, dengan luasan 6.541.951hektar, melibatkan 977.103 keluarga.

Jikadilihat dari luasan konflik, perikanan dan kelautan mencapai 1.548.150 hektar(54,1%), perkebunan 924,740 ribu hektar (32,32%), dan kehutanan 271,544 ribuhektar (9,49%). Lalu, infrastruktur 74,405 ribu hektar (2,6%), pertanian 23.942hektar (0,8%), lain-lain 11.242 hektar (0,39%) dan pertambangan 6.963 hektar(0,2%). Dibanding 2013, terjadi peningkatan 123% atau sebesar 1.579.316hektar. Perikanan dan kelautan terbesar karena perebutan konsesi migas danperbatasan antara negara (Malaysia dan Indonesia).

  Masalah dalam pengadaan tanah skala luas untukinvestasi infrastruktur, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan, atau dalam istilah lebih memihak, 'perampasan tanah', sebagaimana dilaporkan oleh KomnasHAM dari tahun-ke-tahun, selalu menjadi urutan pertama dari pengaduan rakyat.Dalam kacamata HAM, perampasan tanah, SDA dan wilayah hidup ini dimaknakansebagai pelanggaran hak ekonomi, sosial, budaya masyarakat; Ketika bentrokan antara perusahaan, aparat keamanan dengan rakyat setempat terjadi, hal ini dapat berurusan dengan pelanggaran hak sipil dan politik. Menyempitnya ruang hidup rakyat, yang diiringi menurunnya kemandirian rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidup dari usaha pertaniannya, akan menjadi bagian awal dari transformasi para petani dengan beragam cara hidup menjadi orang-orang yang tak bertanah, yang sebagian akan menjadi tenaga kerjaupahan, dan sebagian lainnya, menjadi penganggur atau setengah penganggur. Akibat lanjutan dari konflik agraria adalah meluasnya konflik itu sendiri, darisekedar konflik klaim atas tanah, sumberdaya alam dan wilayah menjadi konflik-konflik lain. Konflik agraria yang berkepanjangan menciptakan krisissosial-ekologi, termasuk yang mendorong penduduk desa bermigrasi ke wilayah-wilayah baru untuk mendapatkan tanahpertanian baru, atau pergi dan hidup menjadi golongan miskin kota. Hal ini menjadi sumber masalah baru di kota-kota.



  Apa yang kita fikirkan, ketika sudah mengetahui ribuan kasus agraria terjadi di negara ini?.Tidak perlu mengambilcontoh kasus jauh-jauh, di dalam Daerah Istimewah Yogyakarta juga terdapatkonflik agraria.Mulai dari Petani pesisir Kab.Kulonprogo yang di bawahbayang-bayang penindasan tambang pasir besi dan pembangunan bandara, adapunPetani Pantai Parangkusumo yang saat ini masih bertahan dan terus melawan kapitalis lokal di Yogyakarta.Apakah sudah sepantasnya kita bersembunyi dibalik tembok-tembok kampus, dan tak peduli dengan masa depan manusiaindonesia?.Tidak!

Tanggal24 Sepetember nanti sebagai sejarah  lahirnya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria)yang di jadikan memori colegial kemenangan petani indonesia mempunyai tujuan:padaPenjelasan Umum UUPA, yaitu:
a.meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akanmerupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan baginegara dan rakyat, terutama rakyat tani, dlm rangka masyarakat yg adil danmakmur;
b. meletakkan dasar-dasar untuk mengadakankesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan;
c. meletakkan dasar-dasar untuk memberikankepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.


    Secara umum dan yang paling mendesak untuk di suarakan:
a.Menuntut pemerintahan Jokowi-Jk agar melaksanan reformaagraria sejati
b.Selesaikan konflik agraria di tanah air secara adil dantrasnparan

        Poin-poin inilah yang seharusnya kita dorong padaHari Tani nanti, dan selanjutnya momentum ini fi jadikan agenda bersama,membuat suatu skema wacana,dan aksi nyata pada realitas hari ini dari MahasiswaFakultas Pertanian sendiri agar peka terhadap setiap issu yang di hadapi petaniindonesia.

-Sumber data:-Walhi
                  -Konsorsium Pembaruan Agraria
                  -"Menjinakan Liberalisme" (Ahmad Erani Yustika-2005)                   

Jumat, 07 Agustus 2015

Marga (Fam) Dari Kab.Kepulauan Sula


       Berikut marga-marga (Fam) yang tersebar dan beragam dalam edintitas masyarakat Kepulauan Sula:

A: Aupon, Aufat, Aunaka.
B: Banapon, Basahona, Baihi, Bilmona, Buamona, Buamonabot.
C: Capalulu.
D: Drakel, Duwila.
E: Embisa, Esar.
F: Fatgehipon,Faudu,  Fatmona, Fayaupon, Faayai, Fataruba, Fokatea, Fokaaya, Fukweu, Fatcepon.
G: Gailea, Gay, Galela, Gelamona.
H: Haitami, Haimia.
I:  Ipa.
J: Joysangadji, Jainahu, Jawa.
K: Kaunar, Kanaupon,Kharie, Kailul, Kaslub, Kemhay, Kedafota, Koja.
L: Leko, Lek, Lidagatel,Limagap, Lidamona, Leib, Lossen, Lumbessy.
M: Maloko, Masuku, Makian, Mayau, Manaf, Marsaoly.
N: Norau, Naipon.
O: Olong.
P: Panigfat, Pauwah, Pora, Pohe, Papalia.
Q:
R:
S: Sangadji, Sapsuha, Samuda, Saniapon,Soamole, Sanaba, Sibela, Silia, Selpia.
T: Tauda,Tabona,Teapon,Tabaika,Tukaboya, Tuguis, Taohi, Tan,Titdoi, Tidore .
U: Umasangadji, Umasugi, Umamit, Umanailo, Umakaapa, Umahuk, Umaternate, Umafagur, Umarama, Umalekhoa, Umabaihi, Umatui, Umagapi, Umagapi, Umasoa, Umagapi, Umagapit, Umage, Umawaitina, Umacina, Umanahu, Umalekhay, Umaya, Usia, Upara, Umakamea.
V:
W: Wambes, Waibot, Waisale,Wai ola, Weu.
X:
Y: Yakseb, Yoi Oga, Yoisangadji.
Z:


Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.Silahkan di komentari jika ada koresi dan tambahkan marga yang belum sempat tercantum.Salam... Poa Bai.



Senin, 13 Juli 2015

Malam Ela-Ela







                                                        -Untuk Papa: Ramlan Faudu-

papa,dapatkah kumengeri api ?
yang kau bakar sebelum lebaran nanti.
kenapa negeri menyala ?
di penghujung bulan puasa.

Papa, nyalakan ela-ela itu  sekali lagi
sebelum kau dan seisi rumah ini mati.
titipkan salammu
pada angin yang menuju barat.
biar anakmu hayati apa arti panas/menyala/api.



Kotagede, 13 Juni 2015

Jumat, 10 Juli 2015

Baki-Baki Damoha Baka

Baki-baki Damoha baka
Faneka dahi in bisa Manen pasa mu basa mua.

Baki-Baki Damoha Baka
Mall di kota, itu malapetaka
Bagi negeri yang mau merdeka!
Di pasar mama bataria deng sumpah
Sebab sagu sauntal orang su lupa.

Baki-Baki damoha baka
Tambang deng sawit itu malapetaka
Bagi negeri yang mau merdeka!
Di halmahera togutil bataria merontah-rontah
Sebab investor deng pejabat kase turun eksafator penghancur hutan deng tanah
Padahal hutan deng tanah togutil yang jaga.

Baki-Baki Damoha baka
Katong punya Budaya jang sampe lupa
Kalo ingin negeri ini merdeka!
Lom poa do hoi bikin katong bersatu lia negeri hari ini sampe tutu mata.
Kumpul pela gandong sambil baronggeng
Kuti gambus deng rabana
Kase bahagia katong samua...

Baki-Baki Damoha Baka
waktu politik duk
fa bal pia eb bal bau suba..
sanohi manapau tagal pip gan cahiya

Baki-baki damoha baka
basa-basa kit sanohi gareha
gem lima:koi mana pareha.
Tasala:malomkub kit dad hia.

Id, Yogyakarta 2015

Senin, 29 Juni 2015

Sajak: Gagak Tua

Burung-burung gagak tua pembawa petaka
kapan hatimu merendah di tanah
mendengar rumput yang bergoyang?
Angin lalu membawa gersang yang abadi
Kenapa hatimu tak terketuk ketika badai itu tancapkan belati
Pada tengkorak ayahmu,ibumu,saudaramu dan kelompokmu.

sedangkan kau mengaku kaulah burung gagak tua
di antara yang muda
kenapa kau membuang muka?

 bukannya kau pernah berkata-kata tentang nasehat leluhur
"budi se bahasa, ngaku nagarasai,kabata,
 manatol,walima,malomkub,do lom poa dohoi"
 Jangan sampai luntur, jangan terbawa mora ot doi.
 tapi kenapa kau terbang tinggi sambil berteriak mengajari rumput.
 tak lupa jua kau membusungkan dada,
 palingkan mata, dan menutup telinga.
 padahal rumput yang bergoyang itu yang lebih tau darimu..

kaulah bencana di tengah hangatnya saudara.
ketika suatu saat hujan tiba
kau akan merendah..
makan bangkai busuk
sanak saudara yang mati setelah bencana kau cipta.



Idra, Yogya 29 juni 2015.

Senin, 13 April 2015

Bunga Kata-kata




kata-kata wangi cengkeh menyatu udara 
dari engkau punya lidah jiwa yang jiwa 
pedas nikmat panas nikmat mengisi dada 
merayu ingat laut darat agar kita selamat 

Bawalah bawa wangi-wangi yang luhur 
engkau lahir sebagai cahaya pagi timur 
engkau cengkeh dan pala yang masyhur 
engkau pohon angin yang bernama nyiur 

ini kepulauan kita punya hanya titipan 
dari anak cucu cicit yang 'kan dilahirkan 
ini kepulauan kita punya hanya harapan 
jika tiada kita bisa tuliskan di kertas zaman 


wahai kau yang punya nama Idra 
yang haq tegakkan dengan kata-kata 
yang bathil sadarkan dengan kata-kata 
kita punya tanah bukan untuk tampung derita 



wahai kau yang punya nama Idra 
panjat dan petiklah terus wangi rahasia-rahasia 
pohon-pohon cengkeh yang berbunga kata-kata 
biar aku di bawah bentangkan terpal mewadahinya 



wahai kau yang punya nama Idra 
suara laut adalah suara mama dan papa 
suara laut adalah kasih sayang penuh cinta 
suara laut adalah salam-salam antar pulau kita 


13 April 2015 


M.S.

Kamis, 19 Maret 2015

Menikmati Road To Melanesian Hip-Hop #2

                                              
                                                                
                                                           
                                                                   -Untuk  Angger-


@Tonk Cafe
Kamis, 19 maret 2015

Yo.. Yo.. suara para rapper tinggi di udara, mengajak pengunjung cafe untuk gerakkan tangannya ke atas sambil melambai-lambai mengikuti alunan beat old school.”Nona 12, panas.. Panas” empat orang rapper menyanyikan lagu yang mereka bawakan secara bersamaan.”I like Ganja.. Ganja Legalkan Ganja”, Extrim bro.. Seperti yang punya lagu Extrim Dogs.haha, Salam Hormat!
Malam ini ada Rapper dari maluku seperti  Angger,Fun Dugly,Extrim Dogs, dan Potas Tribe. Ada juga Big Brothers dari papua dan tentunya NTT.

Oke.. oke.. beta sadiki sanang dengan empat penampilan pertama dari acara komunitas hip-hop ini.Beta respeck sama @Tonk Cafe,  ide kreatif mereka kreen, mempersilahkan para Rapper untuk bersatu padu mengapresiasikan karya meraka di ‘Torang’ Cafe.Pastinya beta juga respeck sama semua rapper yang tampil malam ini, “Beta angkat tangan bro”.

Oke lanjut.... pengunjung ikut puts  hands up bersama rapper, seru bro.Kenapa seru?, ini alasannya beta kasih tau e..:khusunya di jogja, sebagian besar Cafe yang berjamur di Kota budaya ini di isi dengan live musik, tapi Hip-Hop ga ada tempatnya bro....! ini alasan beta kenapa di awal beta respeck sama Tonk cafe.Mungkin ada cafe yang lain  mempersilahkan para Rapper untuk monggo berekspresi, paling hanya dua sampai tiga...!Sebagian besar cafe di jogja yang ngisi mahluk melow bro, jadinya yang namanya melow ini sudah jadi hegemoni di jogja.Pada akhirnya orang-orang yang nikamtin lagu2nya ikutan melow.. preet.Haha.. santai!Mainstream pemilik cafe di jogja ini kayaknya harus di “tinju” biar ngerti kalo genre musik itu banyak, salah satunya adalah Hip-Hop.

Sebelum beta tutup tulisan singkat ini, ada beberapa hal yang beta mau bilang.karena hip-hop budaya amerika dan masuk indonesia lewat globalisasi, jadi “Melanesian Hip-Hop” harus kuatkan karakter kalo yang  di atas panggung adalah karya melanesian hip-hop.Biar dunia tau, Hip-hop indonesia bukan saja Jogja Hip-Hop Fandation yang kental sama budaya, tetapi Torang juga bisa bergaya dengan ednititas torang, dunia harus tau itu!.Oke, terakhir dari beta, Salam hormat buat @Tonk Cafe dan Para Rapper Melanesian Hip-Hop.Toma maju!


Salam Hormat Dari Penikmat Hip-Hop!

@Idrafaudu

Jumat, 13 Maret 2015

Sula Tempo Dulu (1899-1900)

                                                             
Peta Kab.Kep.Sula

Sebuah dokumentasi dari buku Soela-eilanden.Buku tersebut adalah kumpulan tulisan dari "Ekspedisi Siboga" yang dilakukan oleh Max Wilhelm Carl Weber (1899-1900).Kini kumpulan foto tua ini dapat di temui pada Websait:COLLECTIE_TROPENMUSEUM.

1899-1900, Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber Vier mannen met lange smalle schilden in de linker- en lansen in de rechterhand. Op de achtergrond de muur van een oud Portugees fort, gelegen even buiten de kampong Sanana op het eiland Sulabesi.

1899-1900, Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber Groepsfoto van de zestien kamponghoofden met de "bezetting" van een voormalig Portugees fort, gelegen even buiten de kampong Sanana. De hoofden zijn gekleed in een "pakeijan rokkie", dat wil zeggen in een witte broek en een Europese zwarte rok.

Foto. Sanana is een eiland in de Molukken in Indonesië. Het is deel van de Sula-groep. . Een groep mannen en kinderen op het strand aan een baai van het eiland Sanana

1899-1900, Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber

1899-1900, Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber Brede straat met inlanders; in het midden waarschijnlijk de posthouder Windhouwer in tropenkleding en met aktentas.


 1899-1900, Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber
Foto. S.S. Van Heemskerk van de Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) voor anker bij Sanana


Foto. Het schip De Mossel op de rede van Sanana, Soela eilanden.
                                                                               

                                            Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber

 1899-1900, Siboga-expeditie naar Nederlands Oost-Indië, onder leiding van Max Wilhelm Carl Weber Rechts van de posthouder staat Max Weber.
 Sanana, een van de Soela-eilanden in de Ceramzee.

Sumber:http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Sanana#/media/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_ and Wikipedia Map