Kamis, 30 Januari 2014

“Duka Ibu Pertiwi”





    
    Sinabung muntahkan erupsi ...
    Sebagai teguran dari sang maha suci...
    Karena ibu pertiwi dikroyok dosa korupsi...

       
    Nusantara di kepung banjir dan longsor....
    Tanda kesabaran alam mulai kendor..
    Karna ibu pertiwi di jajah mesin eksafator..


   Para korban bencana menagis  terbebani..
   Di istana negara dan di balik gedung-gedung     pemerintahan,
   para pemimpin bersembunyi sambil beronani....
   ibu pertiwipun mulai tak berdaya,
   hanya sepenggal suara yang  ia pesan ke  alam..
   buatlah sesuka hatimu,
   karena di negeri ini sudah tak ada sucinya nurani’’


Idra, jumat 24 januari 2013. Jam 15:52, di yogyakart

*Puisi ini saya bacakan di samudera kata,Puisi indo jogja, edisi "Pray for sinabung".Rabu,29/01/14

Kamis, 23 Januari 2014

“Banjir Refleksi for Torang





Banjir di    bulan januari
Papa deng mama anyor kasana-kamari
Adodo ee... opa deng oma balari-lari
Bacari ana cucu yang air so bawa lari
so tabawa arus, so ta tindis pohon kanari


Manado, Tomohon, deng minahasa so ancor
Dulu bersih sakarang   so jadi kotor
Lantaran banjir deng longsor,
Ade manis so tra ada kasor


Coba torang batanya pa hati yang paling dalam....


Mungkin, tuhan marah karna torang galojo pa alam
Mungkin, tuhan marah kalo manado jadi wisata malam
Mungkin, Tuhan marah di bunaken orang hanya pake calana dalam
Deng, mungkin tuhan marah kalo torang tara baku sapa deng salam


Coba no, torang merenung for tuhan semesta alam.....

   
Idra,  Selasa, 21 januari 2013, di yogyakarta.


*Puisi ini saya baca di acara solidaritas untuk korban banjir di manado, oleh Samudera Kata,@puisiindojgja, Toko buku “Toga Mas”, rabu (22/01/14), di yogyakarta*

Sabtu, 11 Januari 2014

Rohku-Rohmu Tak Bisa Satu




rohku ingin bersatu dengan rohmu yang suci

Bila semesta ini akan abadi

Hanya ada  kita,

Ya, Kau dan aku di alam ilahi



Tapi kita bertemu di fatamorgana

Tak mungkin hasratku ini bertemu denganmu yang kekal

Sebab aku ini hanyalah daun kering

Sedangkan kau angin suci


 Rabu Malam, 20 november 2013, Tegalwangi, Bantul

"Terperangkap Dalam Ayat"




Begitu indah simponi alunan ayat-ayat ini
Akal ku melayang dalam dunia  bercahaya besamanya Roh dan tubuh menyatu dalam lembaran kalimat rahmat Dia ada
dia masuk lewat jari tembus ke mata hati

Semua terasa melayang di alam fatamorgana
Aku melihat  Sang ayat berikan gerbang istana ilahi  
Tapi ia sirna jika tak memberinya napas berbau kesucian 
Dan ia akan kekal di dunia ku jika ku goreskan di alam 



Rabu Malam, 20 november 2013, Tegalwangi, Bantul 

"SAMUDRA YANG SUCI"



Lembaran suci berisi samudra

Ku bentangkan layar-layar  di permukaannya

Kadang teduh, kadang pula berisi  arus maya

Ku tumpahkan tinta ayat-ayat jendela dunia



Di dalam perahuku ada nakoda bersinar matahari

Memberi energi untuk sang samudra

Hingga goresan di perahuku di hiasi sinarnya

Kau begitu suci dan bersih, samudra...




Rabu Malam, 20 november 2013, Tegalwangi, Bantul



Selasa, 07 Januari 2014

Hari Ibu Dalam Sejarah



             






Tanggal 22 desember bukan sekedar peringatan hari besar di negeri ini.Kedudukannya telah menjadi sebuah tradisi dalam sebuah keluarga, dimana setiap hari ibu seorang anak ataupun suami wajib berikan kata selamat hari ibu dan harus menggantikan peran seorang ibu di dalam keluarga , mulai dari dapur hingga pekerjaan ibu lainnya di dalam rumah.Apakah hal tersebut telah sesuai dengan pemaknaan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam awal mulanya penetapan tanggal 22 desember sebagai hari ibu?

Kilas Balik Hari Ibu

Awal dari hari ibu adalah digelarnya Kongres wanita Indonesia(KOWANI), pada tanggal 22-25 Desember 1928, di Yogyakarta. Wanita-wanita pejuang yang datang dari 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.Penggagas Kongres ini adalahR.A. Kartini,Soejatin, Nyi Hajar Dewantara, Ny. Soekonto.Walaupun saat itu keadaan politik dan militer Belanda dan Indonesia sangat memanas dengan sungguh-sungguh, para wanita tangguh ini membicarakan agenda persatuan perempuan nusantara.
Mereka juga membicarakan peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, peran dalam berbagai aspek pembangunan, perbaikan gizi, bahkan kesehatan ibu dan balita. Selain itu, isu kesetaraan gender juga jadi bahan pembicaraan serius selama kongres. Sampai akhirnya, ditetapkan beberapa keputusan strategis, diantaranya, mengirimkan mosi kepada pemerintah kolonial untuk menambah sekolah bagi anak perempuan. Lalu, kongres juga memtuskan pemerintah wajib memberikan surat keterangan pada waktu nikah (undang undang perkawinan), diadakan peraturan yang memberikan tunjangan pada janda dan anak-anak pegawai negeri Indonesia, dan masih banyak lagi.

Tujuh tahun kemudian, dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II. Dalam kongres kali ini, dibentuklah BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf). Dan tak lama kemudian, tahun 1938, digelar Kongres Perempuan Indonesia III. Dalam kongres ini, muncul gagasan penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Pengukuhan Hari Ibu sendiri secara resmi baru dilakukan setelah Indonesia merdeka. Lewat salah satu dekritnya, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu. Sementara catatan lain menyebut, saat itu Bung Karno menetapkan 22 Desember sebagai hari Kebangkitan Perempuan Indonesia dalam Politik. Penetapan ini dilakukan sebagai penghormatan pada semangat para wanita yang turut berperan dalam perjuangan merebut kemerdekaan, sekaligus jadi pilar penting keluarga Indonesia.Kemudian Tanggal ini dikukuhkan dalam Kepres No. 316 tahun 1959 tentang Hari Nasional yang bukan hari libur dan diperingati hingga sekarang.

 Hari Ibu Di Masa Kini
Para pencetus hari ibu pada tahun 1982 telah beriakan suatu pelajaran besar bahwa:pada era tersebut R.A.Kartini dan colegas memperjuangkan hak-hak luhur wanita sebagai rakyat indonesia yang harus merdeka.Apa bila kita memaknai hal tersebut dalam konteks kekinian hari ibu seharusnya kita sebagai anak harus terlibat dalam memeperjuankan kemerdekaan wanita era Reformasi ini,berjuang untuk pengurangan angka kematian ibu, berjuang untuk penghapusan kekerasan terhadap wanita seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual , kekerasan negara melalui kebijakan-kebijakan yang mendiskriminasikan wanita dan ikut berjuang bersama wanita indonesia melawan ‘penyakit’ moral yang sedang menggorgoti anak bangsa pada saat ini.


Tanggal 22 Desember baru seminggu yang lalu kita lewati.Pada hari itu terlihat berbagai ekspresi masyarakat indonesia dalam memperingati hari besar tersebut.Ada yang membagikan bunga mawar di jalan raya, memberikan ucapan selamat hari ibu di media sosial, dan berbagai macam ekspresi lainnya.Muncul pertanyaan besar kepada kita saat ini adalah, apakah hari ibu cukup dengan ucapkan “selamat hari ibu” , semata????.