Sabtu, 06 Desember 2014

Sajak Merindu



 Larut telah dingin
daur gelap membawa hening
menusuk di hati ku
yang kau taburi rindu

ah.. seduh keluh selalu
jika wajahmu merayu
ku sambut itu rindu
dan lama terpaku
sebab hati ini telah jadi babu di setiap bayang mu

mana kau tau
semua baur rindu/wajahmu
merayu ku selalu

dan kau tak pernah tau
jika derai wajah mu
yang hanyutkan puisi ini di sungai hayal
semesta tak menentu..

ah.. kau tak pernah tau
sebab kita terlampau jauh
di antara waktu yang tak pernah bersatu
sebab:rindu ini batu!
yang akan jadi hantu di matamu!

*Untuk SYU*. id/des/2014

Menanti Hati II


keluar jika malam ini berselera 
jalan atau kau lari:terserah!
itu api gairah merayal makna
di lorong gelap sana.

         * *
 jika ada cahaya cerah menuntun kau di luar sana
ajaklah jiwa ini bercurah
menikmati dingin
menyisir
kota jogja..

 id..

Kamis, 06 November 2014

Refleksi Hari pangan: “Dikalahkannya Masyarakat Pemakan Sagu”



“Bagi Orang yang berasal dari Maluku Utara, sagu adalah ‘penjelmaan dari seorang perempuan. Sehingga, jika ada orang yang akan mengolah, maka harus memohon terlebih dahulu kepada sosok di dalam pohon sagu”.

Bapak Dusun menirukan kalimat yang biasa diucapkan, “…kami mohon permisi mau menebangi anda. Kami menebang anda untuk memberi makan anak dan istri. Tolong berikan kepada kami isi sagu yang baik. Setelah itu, batang sagu baru bisa ditebang”.Ungkap Kepala Dusun Bula Air, Seram,Maluku Tengah.(Kutipan dari Tulisan ”Padi Ladang,Sagu dan Minyak Bumi”-Oleh Risman Buamona)

Sagu adalah tanaman endemik yang tumbuh bersama masyarakat indonesia timur.Dari sagu ini pula terbentuknya berbagai macam corak yang lahir bukan sebatas untuk di komsumsi akan tetapi melahirkan kebudayaan,tradisi,dan etika falsafah hubungan manusia dengan alam.Bisa di katakan bahwa sagu dan manusia yang memakannya adalah sebuah lingkaran besar saling berbagi satu sama lain.

Kedatangan bangsa-bangsa eropa di bumi putra memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peta komuditi pangan.Faktor aroma tingginya harga  cengkeh dan pala adalah alasan  bendera portugis  berkibar di kawasan indonesia bagian timur yaitu kepulauan-kepulauan Maluku pada tahun 1550-an .Penjajahan dan monopoli hargapun dimulai dari sini.Selain perang dan pembantaian di Jazirah al-mulk (negeri para raja-raja), penebangan dan pembakaran pohon cengkeh dan pala di lakukan secara besar-besaran dari Pulau Banda Neira sampai di Pulau Halmahera. Alasan Portugis melakukan hal tersebut karena Belanda, Spanyol dan Inggris tidak mau kalah untuk mendapatkan emas hijau ini.

 Kemudian pada masa Belanda, bukan hanya cengkeh dan pala yang di ‘berhanguskan’, sagu sebagai makanan pokok  masyarakat indonesia bagian timur(NTT,Maluku,dan papua) ikut dalam kejahatan kolonial ini.Belanda lebih memilih beras dan perkebunan berskala besar untuk industri agar memberikan kuncuran dana besar kepada mereka dan negaranya.
Ketika memasuki era kemerdekaan, pemerintah indonesia langsung berkonsentrasi untuk membangun sektor pertanian di segala bidang mulai dari potensi laut hingga di daratan.Tak tanggung-tanggung program swasembada beras pun dicanangkan oleh presiden Ir. Soekarno tepatnya selama periode 1952-1956.Itulah sejarah awal bangsa ini mengenal kata swasembada beras.Pada masa itupula penjajahan lewat pangan kepada masyarakat Indonesia timur berlanjut ketika Soekarno memperlebar pola komsumsi dari awalnya beras di tambah jagung.Dengan alasan disversivikasi pangan hanya beras dan jagung yang menjadi konsentrasi pembangunan di bidang pangan. Sagu di abaikan, masyarakat Indonesia timur pun dilupakan!.

Untuk pertama kalinya juga, pemerintahan republik membentuk badan penyangga pangan yang di sebut Badan Urusan Logistik atau Bulog pada tanggal 14 Mei 1967.Tugas dari Bulog adalah sebagai agen pembeli beras tunggal.Berdirinya Bulog sejak awal di proyeksikan untuk menjaga ketahanan pangan indonesia melalui dua mekanisme yakni stabilitas harga beras dan pengadaan dana bulanan untuk PNS dan Militer.Pada prinsipnya, bulog nantinya akan menjadi lumbung nasional yang tugas utamanya untuk menjaga pasokan (supply) komoditi pangan dan menjaga stabilitas harga tanaman pangan utama. Selanjutnya akan Beta bahas penjajahan yang di lakukan Bulog.

Pada masa orde baru pembangunan di sektor pertanian tetap menjadi prioritas program kerja kabinet. Selama dua periode PELITA (Pembanguan Lima Tahun) dari tahun 1969-1979, kebijakan pembangunan lebih banyak dikonsentrasikan untuk basis sektor pertanian.Program revolusi hijau (green revolution) guna mendukung pencapaian swasembada beras pada tahun 1974.Pada tahun 1971,Bulog mendapatkan tugas baru, yaitu mempunyai peran sebagai badan resmi yang memonopoli pangan di dalam negeri.Segala hal yang di impor atau di ekspor di kendalikan secara penuh oleh bulog.Selain itu, Bulog adalah badan penyangga harga pangan.Ya,badan penyangga pangan.Disinilah cengkehpun kembali dijajah lewat monopoli harga.Pada masa keemasannya harga cengkeh berkisar Rp 200-500.000 / kg.Dengan harga yang tinggi inilah kemudian Soeharto memberi kewenangan kepada Badan Penyangga Harga pangan untuk menstandarisasi harga hingga harganya jatuh di bawah kisaran Rp.15.000/Kg.Ironis, ketika harga tersebut hanya di berlakukan hanya di dalam negeri.Ketika supply cengkeh masuk ke gudang Bulog, kemudian di ekspor ke luar negeri dengan harga sebelumnya Rp.500.000/Kg.

Belum selesai pada program Bulog,Soeharto kemudian berambisi untuk mempercepat Swasembada beras yang belum pernah di capai sejak masa kemerdekaan. Salah satunya mengadopsi program revolusi hijau tahun 1972.Sayangnya,program yang berbiaya mahal tersebut ternyata hanya menghasilkan Swasembada beras pada tahun 1984,1985, dan 1986 (berdasrkan laporan dari BPS). Sesudahnya Indonesia kembali menjadi pengimpor beras,bahkan pengimpor terbesar di Asia Tenggara.Program revolusi hijau ini pun hanya menguntungkan petani kaya atau pemilik lahan yang luas dan korporasi-korporasi besar (kapitalisme).

Tanaman padi di sosialisasi (bahkan di doktrin)di wilayah yang dianggap cocok untuk di tanami padi seperti di Sumatera,Kalimantan,Sulawesi,Maluku,NTT,NTB, bahkan sampai ke Papua.Dari sinilah lahirnya program pengusiran sebagian masyarakat ekonomi lemah yang ada di Jawa secara halus.Transmigrasi di berlakukan secara bertahap dimulai pada tahun 1970’an-hingga sekarang. Dengan program ini ribuan bahkan jutaan orang dari Jawa di sebarluaskan di daerah yang di targetkan tadi.Hasilnya ‘nihil’.Masalahpun bertambah panjang dengan lahirnya konflik antara warga Transmigran dan peduduk pribumi.Contonhnya di Lolobata, Halmahera Timur, dan Di Wamena, Papua. Selain itu Transmigrasi terkesan Jawanisasi, di karenakan pemaksaan untuk menanam padi di daerah yang tidak cocok di tanami,nama desa sebelumnya di ganti dengan nama ala Jawa, tindakan Rasis kepada suku-suku pribumi, dan lahirnya kesenjangan dengan ganas, di karenakan modal dari pemerintah untuk trasmigran di jadikan modal usaha untuk membangun perusahaan dan peluasan lahan secara besar-besaran.(cek modul “Ruang Hidup  Orang HALTIM yang di rebut” oleh Risman Buamona dkk).Sekali lagi program semacam ini menjajah masyarakat di Indonesia Bagian Timur!.Dengan ini sagupun secara perlahan tergusur di dapur  masyarakat indonesia timur.Budaya: “katong samua basudara’’pun mulai memudar.

Pada tahun 1995 kondisi keungan dalam negeri yang amblas membuat World Bank dan koleganya melihat celah.Dengan kondisi perekonomian indonesia yang semwraut,` Soeharto pun mengambil resiko, tak tanggung-tanggung kertas bukti ekonomi di liberalisasi di tandatangani oleh Soeharto.Penjajahan lewat kapital(modal) pun di lancarkan.Dampaknya adalah krisis moneter.
Memasuki masa-masa kepemimpinan selanjutnya, Pemerintah menarget Swasembada beras pada tahun 2014 ini, namun tak kunjung terwujud, bagaimana dengan sagu?. Adapun program dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Disversivikasi pangan. Akan tetapi di kelola oleh Korporasi sehingga berdirinya perusahaan sagu di Ambon dan Papua Barat.Hak petani untuk mengolah sagu pun di cabut!, keuntungan hanya di miliki perusahaan dan negara.Disisi lain manusia dan sagu akan tereksplotasi secara bersamaan.Pohon sagu di tebang untuk industri,sedangkan manusianya menjadi buruh yang murah.

Harga Sagu Rp.60.000/Tumang (karung), sedangkan beras ?.Inilah sepak terjang sagu sebagai panganan lokal masyarakat di bagian indonesia timur.Sagu dan manusia yang hidup dalam satu kesatuanpun di cabut secara paksa oleh ‘penguasa.’ Pada akhinya  ruang hidup manusia yang makan sagu di paksa untuk ‘kalah’secara politik,budaya,ekonomidan ekologi.Ketika ruang hidup telah hilang, yang ada hanya tubuh-tubuh yang berjalan pasrah (karena terjajah) di roda peradaban kekerasan zaman.Ditambahnya program MP3EI dan AEC 2015.Lahan sagu akan di ‘sulap’ menjadi gedung-gedung modern yang tinggi menjulang dan akan ada pembangunan tanpa berpikir adanya kerusakan ekologi.Bagaimana dengan nasib manusia yang makan sagu?.



Rabu, 29 Oktober 2014

Riwayat Tanah Air Beta (Untuk Indonesia dan Dunia)








ini tanah beta punya..ini air beta punya
tanah buat papa deng mama bikin kabong
tanah tampa tinggal katong
tanah tatanam beta pung pusa
tanah kase hidup bangsa dari dulu sampe lusa

air bikin beta hidop
air tanpa beta mandi
air kase beta ikan
air bikin beta barani!

ini carita beta masih kacil..
sakarang tanah rubah kulit
su seng ada kabong
ade kacil lapar manangis minta makan kasbi rabus
papa bilang su seng ada kabong mau makan apa....

minum air badan bagatal deng babatu
mandi air kali deng mandi air masing su seng lia ikan deng bia

Beta tanya, dimana TANAH AIR BETA?? Indonesia harus jawab itu!

Nyong Maluku,10/28/2014



Sabtu, 25 Oktober 2014

Siluet bercerita..

 P.krakal (yogya)

wai kalopa (sanana)


                       

Wai Kalopa (Sanana)

Pus.Pantai Karkal (yogya)

ni yang paling kreen.Yang sama aku namanya puput, dia
penikmat kata juga 'sastra'.Cuman dia udah nikah.. upss.Dia pengen cepat2 nikah sih..




Audy

Rhia


Bhoma,ecal,beta, deng kater

Kamis, 18 September 2014

Aku bermimipi kecil


                                                       











petani  akan di bunuh
Padi negeri  jadi babu
Sagu di larang tumbuh
Pohon-pohon layu dan roboh

Aku bermimpi kecil:
Desa hanya  jadi tempat rekreasi
Para Orang kota yang datang  bawa basa-basi ,
Mahasiswa berkunjung hanyalah atas nama surat instansi
kemudian kunjungan itu menjadi cerita dongeng ketika  pakai jas dan dasi,
Lapar seperti borjuasi, tak menampakan muka yang asli!!

Aku bermimpi kecil:
pertanian kurang diperhatikan
makanan import adalah bidikan untuk dimakan.
Penguasa berkata: “kerjakan ini sangatlah melelahkan.
Lahan di gusur perlahan-demi perlahan
Membangun gedung-gedung modern yang tak terkalahkan....
Ini mimpi kecil, aku dan kamu akan mimpi besar .....


Idra/2014, di bumi

Raja Selat















Siapa kuat ?
mari katong adu
Beta selat capalulu asal dari sula
Beta kuat tapi bukan batu
Beta taputar ini arus dunia: jang bilang beta hantu!

Tuan pelaut  yang barani
Beta arus bacabu maut!
Beta raja arus di antara mangole deng taliabu
Sapa mau ganggu? Beta sapu  rubu..

Id/22/08/14, di atas kapal KM.Agil Pratama, perjalanan sanana-ternate.

*Selat Capalulu memiliki arus terkuat ke 2 di dunia setelah segita bermuda

Selasa, 26 Agustus 2014

Senja Di Dua Hati


   apa itu jarak?
   apa itu waktu?
   apa itu bayangan semu?

   beta bataria tanya itu
   beta tau itu karas kaya batu
   tapi beta kikis deng katong pung senja di wai ipa


 iyo... senja seng haga: jarak,waktu, deng semu
 senja bisa kase batamu katong  dalam semesta kuning .......
 walaupun ose deng beta tapisa jau.

   id,kota gede/26/14.par ose di jazirah kie raha

Senin, 25 Agustus 2014

Hidup Di Atas Para-Para


kalapa su tua
papa banai di matahari tua
pohon tinggi: banai seng baku riki
seng pikir luka di tangan deng kaki
seng pikir badan badaki

kumpul kalapa papa bala taru di para-para
kalapa merah, papa pung muka panas bamerah

para-para jadi rumah kalapa
para-para tampa istrahat papa
para-para punya banyak cerita

karna para-para katong bisa sampe di orang pung tanah
karna parah-para katong bisa menuntut ilmu
hei...jang sampe katong lupa para-para deng papa(3x)
koi ta matalin para-para do baba.....

*Sebuah puisi yang di tulis Irwan Sangadji,y/826/14.

Rabu, 07 Mei 2014

Ironi Swasembada Pangan


                          
              Indonesia pernah membukukan sejarah kegemilangan prestasi swasembada pangan dengan kulminasinya berupa undangan Edouard Saoum (Direktur Jenderal FAO) kepada Presiden Soeharto untuk mengisahkan keberhasilan mencapai swasembada pangan tersebut (14 November 1985) di Roma.  Setelah itu, pewartaan tentang keberhasilan spektakuler pertanian nyaris senyap.Kini pemerintah indonesia menargetkan 2014 indonesia akan swasembada pangan.Dari lima target swasembada pangan yaitu, beras, kedelai ,daging, jagung, dan gula saat ini masih di gempur habis-habisan oleh produk asing.
  
   Tahun 2012 produksi beras mencapai 69,05 juta ton atau setara 40,05 juta ton beras. Sedangkan konsumsi beras rakyat Indonesia sekitar 139 kg per kapita per tahun atau total mencapai 34,04 juta ton per tahun, atau surplus hingga 6 juta ton. Demikian pula dengan tahun ini, pemerintah pun sebenarnya optimistis tidak lagi harus impor beras. Namun pada kenyataannya, Indonesia masih saja mengimpor beras dari negara-negara tetangga. berdasarkan data BPS, hingga pada Agustus 2013 saja, Indonesia sudah mengimpor beras hingga 35.818 ton dengan nilai US$19,132 juta, yang dipasok Vietnam, Thailand, Pakistan, India, dan Myanmar. Jika diakumulasikan dari Januari hingga Agustus 2013, beras yang masuk ke Indonesia mencapai 302.707 ton senilai US$156,332 juta. Jumlah impor beras ini diperkirakan mencapai 600 ribu ton tiap tahunnya. Produksi kedelai lokal sekarang baru 800 ribu ton. Sedangkan kebutuhannya sendiri sebanyak 2,5 juta ton akhirnya pemerintah  impor kedelai sebanyak 100 ribu ton.Dan kini tidak jarang, Indonesia sebagai negara agraris, harus mengimpor bahan pangan dari negara-negara lain.
  
   Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami masa swasembada pangan, khususnya beras, pada dekade 1980-an.Bahkan saat itu, Organisasi Pangan Dunia, FAO memberikan penghargaan istimewa kepada pemerintah atas prestasi luar biasa ini.Namun, bertahun-tahun sesudah itu prestasi swasembada beras nampaknya sulit terulang bahkan tidak jarang Indonesia harus mengimpor beras dari negara tetangga, misalnya Thailand dan Vietnam.Selama beberapa tahun terakhir, masalah ketahanan pangan menjadi masalah penting di Indonesia.Sejumlah pengamat mengatakan akibat persediaan yang terbatas, harga berbagai komoditas pangan, diperkirakan akan menembus tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Masalah Lahan
   Saat ini, konversi lahan pertanian telah mencapai 100.000 ha per tahun. Sedangkan kemampuan pemerintah dalam menciptakan lahan baru hanya maksimal 30.000 ha, sehingga setiap tahun justru terjadi pengurangan lahan pertanian.

 Sistem ekonomi Yang Liberal
  Salah satu masalah utama lemahnya produksi pertanian di negeri ini adalah sistem ekonomi yang liberal sehingga importir dari luar negeri masuk tanpa perdulikan produk di dalam negeri .sehingga, walaupun negeri ini dalam kedaan kecukupan akan tetapi import terus berjalan.Di sisi lain, ekspolitasi lahan pertanian terus berjalan karena pemerintah mendukung investasi di setiap daerah tanpa mengontrol.

Kurangnya SDM
   Dalam 9 tahun terakhir  ini saja, jumlah petani berkurang sekitar 14 juta. Tahun ini, petani di Indonesia tinggal 26,1 juta orang.Beberapa faktor utamanya adalah, tergusurnya lahan yang petani miliki, tidak adanya regenerasi petani, dan yang bekerja di dunia pertanian saat ini adalah orang-orang yang hanya lulusan SD,SMP dan lulusan SMA masih minim apalagi yang sarjana? Lihat saja di setiap aktivitas pertanian telah jarang seorang penyuluh pertanian yang berikan penyuluhan langsung ke lapangan.

Minimnya Dana
    Sekarang ini anggaran di sektor pertanian tidak terlalu besar. Untuk APBN terakhir hanya sebesar Rp 9 triliun.Untuk mencapai negara yang pertaniaannya kuat dana tersebut tidaklah cukup, karna mengingat negara ini adalah negara kepulauan dan untuk penyaluran barang logistik, pembiayayaan penyuluh, pembelian benih, dan subsidi untuk petani memerlukan dana yang besar.

  Swasembada pangan tidak akan pernah kehilangan aktualitasnya karena persoalan ini terus menjadi perhatian sekaligus keprihatinan kalangan internasional maupun lokal.Perlu kita sadari bahwa negara yang tidak memiliki ketahanan pangan yang kuat, tidak mungkin menjadi sebuah negara yang benar-benar berdaulat.Negara ini terus mengidap persoalan keterbatasan jumlah pasokan yang membuat harga pangan makin tidak terjangkau hingga ketergantungan impor. Kondisi ini kemudian diperburuk dengan koordinasi antarpemerintah yang buruk, bahkan muncul adanya pratik kartel hingga mafia dalam mengatur harga dan pasokan pangan tertentu.Pertannyaannya adalah apakah bangsa ini bisa berswsembada pangan seperti di tahun 1985???.(id).
                                                     (Berbagai Sumber).

Senin, 28 April 2014

"Ada"



   ilusi berkata: "bola mataku ingin mencumbui bola matamu, tapi di dunia yg lain:tak ada cerita lain, hanya cerita ini".
_sabar ba sapu dada, angin bawa kabar kalo beta ingin "ADA"_
id/2014

Kamis, 24 April 2014

Wajah Pertanian Indonesia



  
    Pertanian indonesia  telah memasuki masa krisis.Tanah sebagai hak hidup untuk menanam di rampas dengan semena-mena oleh perusahaan berkorporat ;investor,pemerintah,militer bahkan kesultanan.konflik agraria yang berakhir dengan putusnya nyawa tak bisa dihindari di seluruh daerah di negeri ini.
  
Seperti yang terjadi di dekat kita kawasan petani pesisir kab.kulon progo .Lahan petani di alih fungsikan  menjadi tambang pasir besi oleh Perusahaan milik “keluarga keraton Yogya kemudian berkongsi dengan Indo Mines Ltd. dari Perth, Australia Barat, menjadi PT Jogja Magasa Iron (JMI), yang berencana menambang pasir besi di pantai Kulon Progo sepanjang 22 Km, mengolahnya menjadi pig iron dan mengekspornya ke Australia. Tak lama setelah Sultan menyatakan siap jadi calon presiden, pemerintah dan PT JMI menandatangani kontrak karya pertambangan pasir besi di Pantai Bugel, Kulonprogo, selama 30 tahun”, (Koran Tempo, 12/11/2008).

  Petani telah turun ke jalan dan melakukan aksi penolakan selama beberpa tahun terakhir. Akan tetapi pihak korporasi seolah menutup telinga dan melakukan penagkapan secara ilegal untuk tokoh yang sangat berpengaruh dalam lingkungan masyrakat petani lahan pesisir tersebut.Seperti yang di alami Tukijo, seorang petani yang di tangkap secara paksa  tanpa alasan ataupun landasan hukum yang jelas Dari kepolisian maupun PT JMI.Dari hal ini kita dapat melihat dengan jelas bagaimana ‘’kebuasan’’ penegak hukum,korporasi,maupun pihak kesultanan, tidak segan-segan melancarkan berbagai tindakan seperti perampok yang ingin mengincar apa yang ia ingin rampok.

 Terlepas dari masalah di atas , di negeri yang kaya akan sumber daya alam ini khusunya di bidang pertanian peran pemerintah sebagai pemegang kuasa dalam pengambilan keputusan mulai dari pusat hingga di berbagai daerah mengeluarkan kebijakan atau aturan-aturan yang mempersudut petani dan ruang geraknya untuk beraktivitas secara normal yaitu bertani.Kasus terbaru adalah tergabungnya indonesia sebagai anggota AEC (Asean Economi Comunity) menandakan nasib petani di negeri ini ibarat seperti anak SD yang di    kasih materi SMA oleh guru, padahal secara kemampuan dan daya pikir tidaklah mungkin anak SD dapat menerima apa yang di ajarkan di SMA, seperti halnya dengan kualitas SDM (sumber daya manusia) petani indonesia yang masih di bawah rata-rata di karenakan yang dominan adalah berlatar belakang lulusan SD dan SMP tidaklah mungkin bersaing di AEC yang notabenenya pasar bebas (free market) yang menunutut seorang pelaku usaha harus berkompetisi “ melawan’’ pelaku usaha lainnya yang bukan hanya di dalam negeri.
   
 Memang jelas 30 tahun terakhir ini indonesia tak berdaya membentengi diri untuk menghadapi arus globalisasi  berwatak kapitalisme dan liberalisme yang sistemnya membebaskan sesorang atau negaranya meraup keuntungan dari sebuah negara berkembang yang kaya akan SDA secara  ganas tanpa melihat keberlangsunag hidup atau kedaulatan negara yang di jajah.
  
  Inilah wajah pertanian indonesia dalam konteks kekinian.akankah pertanian indonesia   berjaya  dengan mengndalkan tanah yang luas, dan kualitas SDM yang mapan?.


   “Masalah pangan adalah masalah bangsa, sebelum perut di isi pasir dan  batu: Mari kita selesaikan secara anarki melawan kekuasan tirani”
                                                   _SUARA MAS CANGKUL_