Indonesia pernah membukukan sejarah
kegemilangan prestasi swasembada pangan dengan kulminasinya berupa undangan
Edouard Saoum (Direktur Jenderal FAO) kepada Presiden Soeharto untuk
mengisahkan keberhasilan mencapai swasembada pangan tersebut (14 November 1985)
di Roma. Setelah itu, pewartaan tentang
keberhasilan spektakuler pertanian nyaris senyap.Kini pemerintah indonesia
menargetkan 2014 indonesia akan swasembada pangan.Dari lima target swasembada
pangan yaitu, beras, kedelai ,daging, jagung, dan gula saat ini masih di gempur
habis-habisan oleh produk asing.
Tahun
2012 produksi beras mencapai 69,05 juta ton atau setara 40,05 juta ton beras.
Sedangkan konsumsi beras rakyat Indonesia sekitar 139 kg per kapita per tahun
atau total mencapai 34,04 juta ton per tahun, atau surplus hingga 6 juta ton.
Demikian
pula dengan tahun ini, pemerintah pun sebenarnya optimistis tidak lagi harus
impor beras. Namun pada kenyataannya, Indonesia masih saja mengimpor beras dari
negara-negara tetangga. berdasarkan
data BPS, hingga pada Agustus 2013 saja, Indonesia sudah mengimpor beras hingga
35.818 ton dengan nilai US$19,132 juta, yang dipasok Vietnam, Thailand,
Pakistan, India, dan Myanmar. Jika diakumulasikan dari Januari hingga Agustus
2013, beras yang masuk ke Indonesia mencapai 302.707 ton senilai US$156,332
juta. Jumlah impor beras ini diperkirakan mencapai 600 ribu ton tiap tahunnya. Produksi kedelai lokal sekarang baru 800 ribu ton. Sedangkan
kebutuhannya sendiri sebanyak 2,5 juta ton akhirnya pemerintah impor kedelai sebanyak 100 ribu ton.Dan kini
tidak jarang, Indonesia sebagai negara agraris, harus mengimpor bahan pangan
dari negara-negara lain.
Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami masa swasembada pangan,
khususnya beras, pada dekade 1980-an.Bahkan saat itu, Organisasi Pangan Dunia,
FAO memberikan penghargaan istimewa kepada pemerintah atas prestasi luar biasa
ini.Namun, bertahun-tahun sesudah itu prestasi swasembada beras nampaknya sulit
terulang bahkan tidak jarang Indonesia harus mengimpor beras dari negara
tetangga, misalnya Thailand dan Vietnam.Selama beberapa tahun terakhir, masalah
ketahanan pangan menjadi masalah penting di Indonesia.Sejumlah pengamat
mengatakan akibat persediaan yang terbatas, harga berbagai komoditas pangan,
diperkirakan akan menembus tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Masalah Lahan
Saat ini, konversi lahan
pertanian telah mencapai 100.000 ha per tahun. Sedangkan kemampuan pemerintah
dalam menciptakan lahan baru hanya maksimal 30.000 ha, sehingga setiap tahun
justru terjadi pengurangan lahan pertanian.
Sistem ekonomi Yang
Liberal
Salah
satu masalah utama lemahnya produksi pertanian di negeri ini adalah sistem
ekonomi yang liberal sehingga importir dari luar negeri masuk tanpa perdulikan
produk di dalam negeri .sehingga, walaupun negeri ini dalam kedaan kecukupan
akan tetapi import terus berjalan.Di sisi lain, ekspolitasi lahan pertanian
terus berjalan karena pemerintah mendukung investasi di setiap daerah tanpa
mengontrol.
Kurangnya SDM
Dalam 9 tahun terakhir ini saja,
jumlah petani berkurang sekitar 14 juta. Tahun ini, petani di Indonesia tinggal
26,1 juta orang.Beberapa faktor utamanya adalah, tergusurnya lahan yang petani
miliki, tidak adanya regenerasi petani, dan yang bekerja di dunia pertanian
saat ini adalah orang-orang yang hanya lulusan SD,SMP dan lulusan SMA masih
minim apalagi yang sarjana? Lihat saja di setiap aktivitas pertanian telah
jarang seorang penyuluh pertanian yang berikan penyuluhan langsung ke lapangan.
Minimnya Dana
Sekarang ini anggaran di sektor pertanian tidak terlalu besar. Untuk
APBN terakhir hanya sebesar Rp 9 triliun.Untuk mencapai negara yang
pertaniaannya kuat dana tersebut tidaklah cukup, karna mengingat negara ini
adalah negara kepulauan dan untuk penyaluran barang logistik, pembiayayaan
penyuluh, pembelian benih, dan subsidi untuk petani memerlukan dana yang besar.
Swasembada pangan tidak akan pernah kehilangan aktualitasnya karena
persoalan ini terus menjadi perhatian sekaligus keprihatinan kalangan
internasional maupun lokal.Perlu kita sadari bahwa negara yang tidak memiliki
ketahanan pangan yang kuat, tidak mungkin menjadi sebuah negara yang
benar-benar berdaulat.Negara ini terus mengidap persoalan keterbatasan jumlah
pasokan yang membuat harga pangan makin tidak terjangkau hingga ketergantungan
impor. Kondisi ini kemudian diperburuk dengan koordinasi antarpemerintah yang
buruk, bahkan muncul adanya pratik kartel hingga mafia dalam mengatur harga dan
pasokan pangan tertentu.Pertannyaannya adalah apakah bangsa ini bisa
berswsembada pangan seperti di tahun 1985???.(id).
(Berbagai Sumber).